Dua hari
yang lalu Dul yang tinggal di Tangerang, yakni sahabat saya datang berkunjung ke tempat tinggal saya di Lenteng
Agung Jakarta. Karena sudah lama tidak ketemu, maka obrolan dan pembicaraan terasa semakin
seru saja. Dari membicarakan ketidak becusan pemerintah mengurus negeri ini
sampai hal-hal sepele macem got mampet dan jalanan yang rusak di segala medan.
“...walah, Lenteng Agung itu kan
luas, emangnya kalau sudah ketemu mau mbok apain orangnya?” tanya saya berlagak pilon. Dengan tegas
dia menjawab, “..arep tak keprukk endase!!
Atau diobong kayak yang menimpa Omega Suparno itu...soale ini penghinaan,
bayangin aja kalo sampeyan di pihak muslim, sampeyan pasti akan melakukan hal
yang sama bukan?”. Lantas saya mengangguk mantap tanda setuju. Tapi saya
lantas bertanya padanya, “..sebelum saya
membantumu mencari orang yang mbok cari itu, mbok saya dikasih tahu bagian mana
dari artikel-artikel tersebut yang mbok anggap menghina?”.
Dengan gesit
ia membuka satu persatu artikel dan menunjukkan ayat-ayat suci Alquran dan
hadist sahih yang dikutip dalam artikel di situs tersebut. Saya diminta mencatat semua yang ditunjukkan
sahabat saya tersebut dengan hati-hati, dan perlu waktu hampir satu jam untuk
mencatatnya secara manual. “apa sudah
semuanya”, tanyaku padanya sambil menghela napas. “kayaknya sudah deh mas!”,jawabnya.
Lantas saya
ambil Alquran pemberiannya sekitar dua puluh tahun yang lalu. “Hloh, itu kan yang saya kasih sampeyan
dulu, sampeyan masih menyimpannya? Kan sampeyan sudah murtad!”, begitu dia
nampak agak merasa aneh melihat saya. “Saya
tidak akan pernah membuang barang pemberian orang lain walaupun saya tidak
menyukainya. Dan ini saya malah punya beberapa buku hadist sahih pemberian
temen saya yang lain”, jawab saya. Dia hanya geleng-geleng kepala. “Oke, mari kita verifikasi bareng-bareng,
apakah memang pemilik situs ini ngawur atau mengatakan yang benar dalam
artikelnya. Saya akan bantu kamu sampe ketemu bila memang pemilik situs ini
ngawur, saya banyak kenal preman dan para begajulan di daerah ini, pasti saya
akan bantu dengan memanfaatkan mereka, ndak lama pasti ketemu.. tapi apa
konsekuensinya buatmu kalau memang yang dikutip penulisnya benar?”, saya
menantangnya. “Saya mempertimbangkan
untuk murtad kayak sampeyan...”, katanya lirih. “Baiklah, murtad atau tidak, itu urusanmu dengan yang Maha Kuasa, tidak
ada orang lain yang berhak mempengaruhinya...termasuk saya sekalipun!!”, begitu
kata saya.
Investigasi dan
verifikasi dimulai, saya yang kebagian membolak-balik halaman Alquran dan beberapa
buku hadist sahih, dia yang memverifikasinya dalam artikel yang dimuat situs tersebut.
Ketika sudah hampir larut malam baru selesai. Saya diam saja, namun dia nampak
gelisah dan mulai tidak nyaman seperti orang kegerahan, padahal ruang tamu saya
dilengkapi AC yang saya setel pada suhu
18 derajat Celcius. Kami berdua tidak menemukan satupun ayat ataupun hadist
sahih yang dikutip dalam setiap artikel di situs tersebut yang salah. Semua
kutipannya ternyata benar. Artinya, pemilik situs tidak melakukan fitnah dan tidak
menghina, karena semua yang dikutip ada tertulis dalam Alquran dan hadist
sahih. Sahabat baik saya tersebut hanya bisa diam sambil sesekali nyeruput
sekoteng. Lama sekali kami hening dan tidak ada yang berucap sepatah katapun...
“Jadi apa kesimpulanmu? Masih pengen nyari
pemilik situs, dan ngepruk kepalanya??”, tanya saya memecah keheningan... dia hanya menatap saya, mengangkat
bahunya sambil menghela napas panjang. “Saya
tidak habis pikir, mas, kenapa saya selama ini dibutakan, seolah tidak tahu
bahwa ada begitu banyak ayat suci yang begitu.....”, dia nampak bingung mencari
lanjutan kalimat yang pas dan akhirnya malah justru tidak melanjutkan
kalimatnya. Lantas saya bilang, “Saya dahulu juga begitu....semua melalui
proses panjang. Sulit menerima kenyataan yang bertolak belakang dengan yang
diajarkan pada kita dulu yang justru ditemukan belakangan, tabahkan hatimu!! Merenunglah...cari
waktu dan tempat yang baik untuk berpikir jernih dan memutuskannya... jangan
terburu-buru, saya pernah mengalaminya sendiri. Percayalah...akan ada kelegaan
luar biasa kelak ketika kamu telah menemukan kesetimbangan iman...”.
“Baik mas, saya tidak akan
mempermasalahkan tentang situs ini lagi, saya pamit dan ini saya bawa...”, begitulah, ia pamit sambil menenteng
Alkitab punya saya.
“okelah, ati-ati...tapi ngomong-ngomong,
kalau seandainya pemilik situs tersebut ada di hadapanmu saat ini, apa yang
akan kamu perbuat..?”, tanya saya. Tanpa menjawab dia menggeleng sambil mengangkat bahunya. “Sekalipun itu saya sendiri..??”, saya
melanjutkan kalimat saya, namun dia masih termangu dan tidak menjawab. “Saya baru percaya bahwa pemilik situs itu
sampeyan, kalau apa yang terjadi malam ini diposting dalam tiga hari kedepan,
dan saya akan sangat berterimakasih karena telah mendapatkan ‘shirathal
mustaqiim’ yang selama ini saya kejar justru dari sampeyan...”, selesai
mengatakannya dia masuk ke mobilnya lantas meninggalkan halaman rumah saya...
Mungkin sahabat
saya menganggap saya hanya bercanda, tapi dalam dua hari terakhir ini saya
bergumul dalam situasi yang sangat tidak nyaman. Memposting kisah pertemuan
tersebut atau tidak. Bila saya memposting, bisa saja saya seperti bunuh diri,
karena bisa saja sahabat saya tersebut telah ber ‘taqqiya’ dan akhirnya dengan
mudah membunuh saya...
Akhirnya saya baru memutuskan untuk memposting
kisah pertemuan dua hari yang lalu dengan Dul sahabat saya, setelah tadi pagi
ia telepon saya yang menyatakan dia sudah tidak shalat tarawih semalem, tidak
shalat 5 waktu dan tidak mengikuti puasa ramadhan mulai hari ini. Saya yang
justru deg-degan dan berkecamuk perasaan saya. Terus terang saya justru takut
kehilangan sahabat saya tersebut bila sampai dia ketahuan oleh orang lain
perihal yang dilakukannya...karena justru dia bisa saja terbunuh tanpa alasan
jelas........... Semoga semua makhluk berbahagia....
bila kisah dalam artikel ini memang benar terjadi, saya ikut bersuka-cita...
ReplyDeleteastaghfirullah
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete