(Logika manapun akan mengatakan bahwa sumber sejarah otentik
tertua Nabi-Nabi Tuhan adalah Kitab Yahudi yang juga merupakan sumber sejarah
bagi Umat Kristiani, dan tentunya juga bagi Umat lain yang mengakui eksistensi
Nabi-Nabi Tuhan karena memang dari sanalah Para Nabi Tuhan berasal. Bila masih
ada komunitas iman tertentu yang masih mempertanyakan otentisitas Kitab Yahudi
sebagai Rangkuman sejarah Para Nabi Tuhan, mestinya sudah “terhenyak heran” ketika membaca “the dead sea scroll” yang ditemukan pada 1949, karena “ternyata anggapan yang telah
terlanjur diajarkan kepada mereka secara turun temurun selama berabad-abad
ternyata telah terbantahkan dengan keras yang oleh para ahli sejarah disebut
sebagai temuan terbesar abad ini !!”.
Sekali lagi, semua artikel yang saya release dalam web
ini bukan merupakan artikel olok-olok dan bukan bermaksud memfitnah, namun
dalam usaha membuka mata akan klaim kebenaran dari sudut pandang yang berbeda
antara dua komunitas iman yang berbeda. Artikel ini saya kutip sepenuhnya dari
website www.answeringislam.com karya Kalangi dengan judul asli, “Syariat Qurban Di Hari Raya
Haji, Kini Patut Dipertanyakan Muslim” (Bagian 1).
Muslim yang membaca artikel ini sebaiknya tidak
buru-buru apriori seperti orang kebakaran jenggot sebagaimana umumnya yang
terjadi di berbagai belahan dunia yang rata-rata “hanya bisa mengecam dan mengancam” justru dketika kepada mereka ditunjukkan kebenaran, sehingga
penulis sarankan agar membaca dengan perlahan dengan hati putih dan tidak
terburu-buru, selanjutnya silahkan memverifikasi seluruh kutipan baik ayat
Alquran maupun hadist sahih dalam artikel ini untuk mendapatkan kebenaran yang
sesungguhnya, selamat membaca_Sang Timur).
Adakah
dikatakan di dalam Alkitab dan Al-Quran bahwa
Ismael itu anak pengorbanan? Banyak Muslim belum tahu, bahwa jawabannya
adalah tidak ada!
Alkitab
menegaskan anak itu adalah Ishak, Ishak, dan tak lain daripada Ishak!
Sebaliknya Quran ragu-ragu, dan hanya berkata dalam kekaburan bahwa anak itu
adalah “anak” Ibrahim. Anak yang mana hanya Allah SWT yang tahu persis untuk
diriNya, tetapi sesungguhnya telah diketahui dan diumumkan oleh Elohim Alkitab
2600 tahun sebelum itu tanpa bantahan siapapun! (bila memang Quran dianggap
sebagai kitab sempurna dan tanpa ada keraguan didalamnya, tapi mengapa ia tidak
menulisnya dengan terang?_pen.)
Kisah
Ishak sebagai anak-pengorbanan telah tertulis di Kitab Taurat 2600 tahun
sebelum Muhammad dilahirkan. Semua nabi-nabi Tuhan tahu bahwa Ishak itulah
anak-yang ingin dikurbankan, tak ada ceritanya sama sekali tentang Ismail yang
“punah” dari sejarah. Namun tiba-tiba ALLAH SWT berwahyu-ulang 2600 tahun kemudian
kepada Muhammad tentang kasus pengurbanan yang sama tetapi berbeda dalam setiap
detailnya! Tentu saja semua Muslim mengharapkan wahyu ulang ini lebih lengkap
dan sempurna ketimbang kisah tua-awal (di Alkitab) yang dianggap telah
terkorupsi, bahkan sesat. Akan tetapi sebaliknyalah yang terjadi! Ternyata
wahyu ulangan yang dianggap sempurna dari Allah itu tidak bisa dipahami
isinya per -se- oleh
siapapun! Maaf, ini bukan kalimat yang
didramatisir,melainkan apa fakta seobyektifnya yang dapat Anda simak sendiri
tanpa prasangka. Sebab pemahaman Muslim yang ada dimasyarakat saat ini (tentang
kasus penyembelihan anak Ibrahim) telah tertanam oleh sisipan tambahan diluar
Quran yang dilencengkan dari kisah asli di Alkitab. Sedemikian sehingga rujukan
kisahnya terbiasa difahami seperti apa yang ditanamkan, bukan seperti apa
yang di-tanzilkan sebagai wahyu Quranik!
Namun
seperti kata pepatah: “The devil is in details”. Setan-setan nyaman
bersembunyi dibalik kekaburan sehingga ia mudah berbelit, berkelit, dan balik
menfitnah. Jadi kita akan masuk kedalam details agar dapat memperlihatkan
dengan sesungguhnya betapa wahyu-ulang itu sendiri total tidak masuk akal,
tekor otoritas, tidak bertujuan, dan kehilangan makna ilahinya yang
sejati! Mari kita baca pelan-pelan dan masuk kedalam substansi wahyu yang
sewajarnya, dipetik dari Quran Surat 37 VS Kitab Kejadian 22:
100. Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.
101. Maka
Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat
sabar.
102. Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.”
103.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya),
104.
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
105.sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107.
Dan Kami tebus anak itu dengan (seekor) sembelihan
yang besar
108. Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian,
109.
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
Apa yang
dapat Anda lihat?
Pertama
Benar, tak ada muncul nama “Ismail” disitu sebagai anak sembelihan. Kosong! Dan dimanapun di Quran, nama anak-pengurbanan itu dikosongkan oleh Muhammad. Yang ada disebut cuma “sang anak”. Tentu hal semacam ini bukan hal yang kebetulan, melainkan dengan sengaja atau terpaksa.
Benar, tak ada muncul nama “Ismail” disitu sebagai anak sembelihan. Kosong! Dan dimanapun di Quran, nama anak-pengurbanan itu dikosongkan oleh Muhammad. Yang ada disebut cuma “sang anak”. Tentu hal semacam ini bukan hal yang kebetulan, melainkan dengan sengaja atau terpaksa.
Muhammad
dan juga sahabat-sahabatnya sejak semula belum ada yang mampu membaca Alkitab
Ibraninya orang Yahudi. Maka tidak ada yang berani mengklaim atau memastikan
itu Ishak atau Ismail. Padahal, jikalau Quran betul wahyu yang didatangkan dari
Surga untuk “mengoreksi dan menyempurnakan” Alkitab yang telah tercemar oleh
dunia dengan memeteraikan nama Ishak, maka pastilah Allah SWT harus mengumumkan
nama Ismail tegas-tegas, bahkan tanpa ragu-ragu perlu memberi maklumat keras:
“Salah! Sang anak-kurban adalah Ismail, bukan Ishak seperti yang dipalsukan di
Kitab–kitab lain!”
Tetapi
Wahyu Islamik tak sanggup bersitegas sejauh itu. Tak ada otoritas apapun yang
mendukungnya. Soalnya Muhammad telah mengadopsi sesuatu yang fatal seperti yang
diutarakan dalam Hadis Shahih Bukhari Volume 4, buku 55, nomor 583. Disitu
dikisahkan betapa Hagar dan Ismail telah terusir dan terpisah total dari
Ibrahim sejak Ismail masih menyusu, dan baru setelah Ismail menikah maka
ia baru bertemu kembali dengan ayahnya lewat perjalanan bolak-balik yang ketiga
dari Palestina ke Mekah! Ini sekaligus mematikan spekulasi para ahli Islam yang
mencoba mengklaim anak-kurban itu Ismail, karena “Ismail” yang akan dikurbankan
itu hanyalah anak yang menginjak remaja, belum menikah. Semua kisah-kisah akan
berbenturan dalam detailnya, khususnya detail “waktu”, apabila Ismail mau
dipaksakan menjadi “anak-kurban”.
Selain
itu, Tuhan pasti tidak asal sembarangan memilih “anak-kurban” yang hendak
dipersembahkan kepada-Nya. Muslim hanya beranggapan bahwa Ismail itu anak
sulung, dan karenanya dia yang layak dipilih Allah. SALAH! Anak pilihan (the
chosen son) bukannya soal anak sulung, tetapi soal “anak-ahli-waris” atau
bukan. Tentu anak gundik tak akan menjadi ahli waris sepanjang istri pertama,
Sara, itu “sah permaisuri” bagi Abraham. Itu sebabnya Ishak mendapatkan segala
warisan ayahnya Abraham, tetapi anak-anak gundik Abraham hanya
mendapatkan sekedar pemberian, dan dipisahkan tempat mereka dengan
Ishak. Ini semua terjadi ketika Abraham masih hidup (Kejadian 25:5-6).
Tetapi
bukan saja Abraham yang menetapkan Ishak sebagai ahli warisnya, namun dimata
Tuhan, Ia sendiri malahan menetapkan Ishak sebagai anak tunggal,
artinya satu-satunya anak Abraham yang sejati! (Kejadian 22:2, 16). Ini adalah
soal ketetapan Tuhan, sama halnya dengan Qabil – walau ia anak sulung Adam –
namun ia tidak dipilih dan ditetapkan Tuhan, melainkan adiknya Habil yang
dipilih Tuhan! (Kejadian 4:4-5, Qs.5:27)
Anak
Abraham yang sejati adalah dan hanyalah anak-perjanjian yang
Tuhan janjikan untuk diberikan kepada Abraham, Sara, dan Ishak sendiri
(Kejadian 17: 16-17, 19, 21, 21:1 dll.). Anak tersebut bahkan sudah ditandai
oleh Tuhan sendiri dengan tanda mukjizatnya kepada
Sara yang sudah tua dan mati haid (Kejadian 18: 11-14). Muhammad malahan
mengungkapkan bahwa Ishak - dan bukan Ismail - yang lahir lewat tanda-ilahi yang
menerobos kemandulan Sara lewat kunjungan para malaikat ketempatnya. Malaikat
menyampaikan kabar gembira bahwa Ishak-lah yang ditetapkan oleh
Allah dan dijadikan keturunan kenabian dan Alkitab(Qs.11:70-
73, 29:27). Allah tegas bersabda, “yang akan disebut keturunanmu
(Abraham) ialah yang berasal dari Ishak” ( Kejadian 21:12).
Maka
dihadapan Allah, Ismail bukanlah betul-betul keturunan Abraham yang hakiki,
melainkan seorang “anak-rekayasa” kedagingan hasil akal-akalan Sara yang (dalam
keputus-asaannya menanti datangnya anak-perjanjian), justru menyodorkan
budaknya kepada Abraham demi untuk mendapatkan anak!
Walau
demikian Tuhan yang Mahakasih tetap mengasihi anak hasil sodoran ini. Namun
Ismail tidak pernah merupakan anak-perjanjian Tuhan, dan
keturunannya tidak benar-benar disebut sebagai “keturunan Abraham”,
berlainan dengan istilah dan pengertian muluk(political correct) yang dunia
tetapkan kepada mereka:
“Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Sara-lah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya” (Kejadian 17:18-19).
“Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Sara-lah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya” (Kejadian 17:18-19).
Tuhan
mempertegas ketetapan ini dengan menampik Ismail dengan “TIDAK” dan hanya
menyebut Ishak dari jalur Abraham- Sara sebagai “anak tunggal” Abraham.
Padahal semua orang tahu bahwa Ishak bukanlah anak sulung secara kedagingan
(dalam bahasa biasa kita), sebab hanya anak sulung-lah yang bisa menjadi anak
tunggal ketika adiknya belum lahir.
Kedua
Ibrahim samasekali tidak diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya (seperti yang dipercayai Muslim), melainkan ia hanya bermimpi horror, tentang sesuatu yang menyeramkan tetapi tanpa ada kaitan apapun dengan Allah! Ia bermimpi tentang penyembelihan anaknya(!) tanpa hujan dan angin yang mendasarinya. Maka Ibrahimpun gelisah dan bingung, sehingga mengutarakan mimpinya dan sekaligus minta pendapat kepada anaknya yang walau masih belum dewasa. Tentu saja sang anak (yang sabar itu) lebih bingung dan mempersilahkan apa maunya bapaknya terhadap dia. Sang anak dikatakan sangat sabar, sebenarnya yang tepat adalah sangat bodoh, karena tidak bereaksi atas sesuatu yang jelas-jelas berbahaya bagi dirinya dan ayahnya, bahwa mimpi itu jahat dan bahkan sesat, sebab ALLAH MUSTAHIL membiarkan – apalagi memerintahkan - pembunuhan seorang anak oleh ayahnya yang nabi pula. Ini tidak main-main seperti yang Muslim enteng-entengkan, ini suatu kekejian yang paling fatal yang dapat dilakukan oleh sosok Allah. Mustahi, dan YAKIN bahwa mimpi semacam itu pasti bukan datang dari Allah, melainkan dari SETAN, untuk mengkacaukan semua.
Ibrahim samasekali tidak diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya (seperti yang dipercayai Muslim), melainkan ia hanya bermimpi horror, tentang sesuatu yang menyeramkan tetapi tanpa ada kaitan apapun dengan Allah! Ia bermimpi tentang penyembelihan anaknya(!) tanpa hujan dan angin yang mendasarinya. Maka Ibrahimpun gelisah dan bingung, sehingga mengutarakan mimpinya dan sekaligus minta pendapat kepada anaknya yang walau masih belum dewasa. Tentu saja sang anak (yang sabar itu) lebih bingung dan mempersilahkan apa maunya bapaknya terhadap dia. Sang anak dikatakan sangat sabar, sebenarnya yang tepat adalah sangat bodoh, karena tidak bereaksi atas sesuatu yang jelas-jelas berbahaya bagi dirinya dan ayahnya, bahwa mimpi itu jahat dan bahkan sesat, sebab ALLAH MUSTAHIL membiarkan – apalagi memerintahkan - pembunuhan seorang anak oleh ayahnya yang nabi pula. Ini tidak main-main seperti yang Muslim enteng-entengkan, ini suatu kekejian yang paling fatal yang dapat dilakukan oleh sosok Allah. Mustahi, dan YAKIN bahwa mimpi semacam itu pasti bukan datang dari Allah, melainkan dari SETAN, untuk mengkacaukan semua.
Teman
Muslim berdalih, O, itu karena Allah mau menguji iman Ibrahim. Salah
besar! Tak ada Allah yang menyuruh orang membunuh lewat mimpi demi
untuk mengetahui imannya. Allah sudah paling tahu iman Ibrahim, dan Allah
punya sejuta cara lainnya untuk menguji iman seseorang tanpa usah
menentang Hukum Allah sendiri tentang pembunuhan!
Ingat
bahwa sebelumnya Abram (nama lamanya) telah “gagal-iman” terhadap janji Tuhan.
Ia (bersama Sarai, nama lama isterinya) tidak tegar dan tidak sabar menunggu
kelahiran “anak-perjanjian” sehingga menyetubuhi Hagar. Kini Tuhan kembali
meneguhkan iman Abraham (nama baru) dengan mengadakan perjanjian-yang
kekal untuk Ishak dan keturunannya” (Kejadian 17:18,19). Maka Abraham
telah tahu bahwa ia akan mempunyai Ishak, dan Ishak akan mempunyai keturunan
seterusnya. Sekalipun sepertinya Tuhan tetap men-test Abraham, tetapi itu
hanyalah dilakukan demi mendidik Abraham untuk tetap kokoh
mengutamakan kasih kepada Tuhan ketimbang anak yang paling dikasihinya!
Akan
tetapi agenda terbesar dari seluruh peristiwa itu adalah untuk
menampilkan maksud maha-besar Tuhan dibalik drama “perintah-pengorbanan” itu.
Yaitu penggambaran akan konsep korban penebusan yang Tuhan
sediakan bagi keselamatan seluruh umat manusia, dan samasekali bukan
menampilkan per-syariatan untuk sesaat menyedekahi daging kurban pada Hari Raya
Qurban! Kita akan mengupasnya nanti.
Bandingkan
mimpi Ibrahim di Quran dengan perintah langsung dari Tuhan
Alkitab kepadanya. Mimpi bisa rancu, meragukan, malahan ngawur, karena
one-way, tidak mendapat konfirmasi balik; namun perintah Tuhan langsung
memperlihatkan keotentikan dan otoritas-Nya disamping dapat direspon secara
timbal balik:
“Setelah
semuanya itu Elohim mencoba (test) Abraham. Ia berfirman kepadanya:
"Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan” (respon balik Abraham).
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni
Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana
sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan
Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:1-2)
Lihat 4
frase perintah Tuhan Alkitab yang tegas disini:
* Tuhan
memanggil, “Abraham”, dan dijawab: “Ya, Tuhan” (klik konek dengan Tuhan)
*
“ambillah anakmu yang tunggal … Ishak …” (tak ada yang lain, hanya Ishak, yang
difahami oleh Abraham, Yakub, Musa, dan semua nabi selama 2600 th)
*
“pergilah …” (perintah tegas)
*
“persembahkanlah dia sebagai korban bakaran…” (ada ritual, bukan asal bunuh dan
sembelih)
* “ke
tanah Moria…pada salah satu gunung… (persis lokasinya)
Dan kelak
keseluruhan maksud Elohim dengan perintah ajaib ini akan menjadi terang
benderang sekaligus mengagumkan!
Bandingkan
dengan “wahyu” kepada Muhammad yang rancu:
* “Hai
anakku” (siapa? kenapa tak berani tambah kata ”Ismail”? bersiasat kata?)
* “aku
mimpi menyembelihmu” (menyeramkan! apa nggak datang dari setan? so what?
mimpikan bukan perintah?)
*
“fikirkanlah apa pendapatmu” (bingung dalam kerancuan, dan berbalik dengan
menyerahkan kepada anak yang baru mau remaja tentang pembunuhan terhadap
dirinya?)
*
Membaringkan anaknya dimana? Di Mekah?
Jadi
tampak terdapat perbedaan pewahyuan keduanya dalam semua segi, antara wahyu
asli surga versus dongengan yang diulang-ulang hasil dengar-dengaran ...
Ketiga
Lihat
bahwa seluruh narasi surat ini tidak berbicara tentang kurban bagi
Allah.
Dan ayat 103 adalah lompatan WAHYU yang tidak bisa difahami orang, kok tiba-tiba kedua anak-beranak ini setuju bahwa sang ayah membaringkan anaknya. Tidak diwahyukan APA PERLUNYA anak itu untuk dibaringkan. Quran bertambah gagal menerangkan penyembelihan itu karena tidak ada pisau atau peralatan apapun lainnya yang diikut sertakan, kecuali pembaringan saja! Padahal semua persiapan dan alat-alat untuk mempersembahkan kurban telah disebut lengkap 2600 tahun sebelumnya dalam Alkitab, termasuk pisau, kayu, api, dan mendirikan mezbah (tempat meletakkan kurban), dan kurbannya sendiri diletakkan diatas kayu api. Itu adalah aturan baku sejak dari Kain dan Habel dan Nuh (lihat Kejadian 8:20), Abraham, Ishak, Yakub, sampai kepada Musa dan lain-lain nabi seterusnya untuk melaksanakan sebuah persembahan kurban yang layak bagi Tuhan.
Dan ayat 103 adalah lompatan WAHYU yang tidak bisa difahami orang, kok tiba-tiba kedua anak-beranak ini setuju bahwa sang ayah membaringkan anaknya. Tidak diwahyukan APA PERLUNYA anak itu untuk dibaringkan. Quran bertambah gagal menerangkan penyembelihan itu karena tidak ada pisau atau peralatan apapun lainnya yang diikut sertakan, kecuali pembaringan saja! Padahal semua persiapan dan alat-alat untuk mempersembahkan kurban telah disebut lengkap 2600 tahun sebelumnya dalam Alkitab, termasuk pisau, kayu, api, dan mendirikan mezbah (tempat meletakkan kurban), dan kurbannya sendiri diletakkan diatas kayu api. Itu adalah aturan baku sejak dari Kain dan Habel dan Nuh (lihat Kejadian 8:20), Abraham, Ishak, Yakub, sampai kepada Musa dan lain-lain nabi seterusnya untuk melaksanakan sebuah persembahan kurban yang layak bagi Tuhan.
Jelas
Muhammad tidak tahu apa itu Mezbah dan apa itu prosedur
persembahan kurban yang layak bagi Tuhan. Alkitab mengungkapkan tidak kurang
dari 400 kali apa dan bagaimana itu mezbah (bahasa Ibraninya mizbeah).
Itu artinya “tempat pemotongan”, yang khusus untuk melaksanakan ritual
persembahan penyembelihan dan pembakaran binatang kurban. Itu dikenal oleh
semua nabi-nabi Tuhan kecuali Muhammad seorang! Mezbah dibangun tidak
asal-asalan, melainkan dengan susunan batu, kayu, atau tanah, bahkan tembaga
atau emas. Ia juga tidak dibangun disembarangan tempat pemukiman umum,
melainkan ditempat pilihan khusus dimana kontak antara manusia dengan ilahi
telah atau diharapkan akan terjadi!
“Kaubuatlah
bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan
korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang
Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan
memberkati engkau” (Keluaran 20:24).
Abraham
dalam sejarah perjalanannya yang panjang dari Ur Kasdim
hingga Haran dan Kanaan, tercatat mendirikan sejumlah mezbah bagi Tuhan
khususnya ditempat-tempat perjumpaannya atau pengalaman spiritualnya dengan
Tuhannya. Misalnya di More dekat Sikhem dimana Tuhan menampakkan diri.
Juga diantara Betel dan Ai, ditempat dimana ia memanggil nama YAHWEH
(awas, bukan nama ALLAH, Kejadian 12:6-8). Atau kini di tanah Moria yang
telah Tuhan tentukan sebelumnya. Mezbah itu adalah penghormatannya yang paling
tinggi yang dapat dia dirikan untuk dipersembahkan kehadapan Tuhannya bersama
korban bakaran diatasnya! Abraham tidak mengenal tipe “bait-bait” yang lain
untuk dia bersembah kepada Tuhannya! Tetapi Muhammad yang tidak tahu apa itu
mezbah dan apa ritual persembahan korban yang layak, malah mendongengkan tipe
“mezbah-pembaringan” bagi anak Ibrahim, tanpa pisau, kayu, dan api pembakaran.
Dan kelak
Muhammad makin berani menspekulasikan Ibrahim pergi ke
tanah Arab untuk turut membangun Rumah Tuhan - Baitullah
disana, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (untuk
tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Makkah)…” (Qs.3:96). Tetapi rumah-sembah macam apakah itu Baitullah?
Selama hidupnya Abraham hanya mengenal dan membangun altar Mezbah, bukan
“bait-baitan” lain semisal untuk tempat kumpulan manusia-manusia beribadat,
melainkan tempat dia sekeluarga mau mempersembahkan korban bakaran kepada
Tuhannya! Tetapi lihatlah betapa nekad-nya Muhammad yang kebablasan
berspekulasi membuali pengikutnya yang bodoh dan mau ditipu mentah-mentah:
Periwayatan
Abu Dhar: "Aku berkata, "O Rasulullah, masjid mana yang pertama
dibuat didunia ini?. Dia berkata, "Al-Masjid Al Haram (di Mekah)".
Aku berkata, "Mana yang dibangun setelah itu?". Dia menjawab, "Al-Masjidil
Al-Aqsa (di Yerusalem)". Aku berkata, "Berapa jangka waktu antara
pembangunan kedua bangunan itu?" Dia berkata, "Empat puluh
tahun" (Shahih Bukhari 5/585).
NB. Padahal
arkeologi dan sejarah mencatat selisih keberadaan Ibrahim (yang dipercaya membangun
Baitullah Mekah) dan Raja Solomo (yang membangun Bait Yerusalem) adalah seribu
tahun! Dan manakah yang lebih pertama dibangun
oleh Ibrahim: Mezbah di Sikhem (tatkala Abraham masih berumur 75-an) ataukah
membangun Baitullah-Mekah bersama anaknya Ismail (tatkala Ibrahim berumur
sekitar 100 tahun)?
Kita
rekapitulasi sebagian dongengan Muhammad:
Tampaknya
Muhammad berusaha “merangkul” sosok Ibrahim (dan Ismail) dan menjadikannya
sebagai Bapa Islam yang memulai ritual-islami. Maka terjadilah pendongengan
yang terbesar dalam sejarah seolah Muhammad (dari garis keturunan Ismail)
adalah penegak agama Ibrahim yang lurus (Qs.6:161, 3:95 dll).
Tetapi, seperti yang telah dikatakan dimuka, bahwa dihadapan Tuhan Ismail
bukanlah betul-betul keturunan Abraham yang hakiki. Kini fakta bertambah bahwa
Muhammad tidak tahu apa-apa tentang mezbah Abraham, walau Alkitab telah
menyebutkan istilahnya sebanyak 400 kali! Kapan Muhammad mendirikan ritual
korban bakaran diatas mezbah seperti yang dilakukan Abraham? Kapan Muhammad
memanggil Tuhan dengan nama YAHWEH seperti yang diserukan oleh Abraham
(Kejadian 12:8). Dan betapa ngawurnya Muhammad berbual tentang pembangunan
Baitullah dan Al-Aqsa, serta perjalanannya ke Mekkah menemui anaknya Ismail
yang entah sudah jadi Nabi atau belum? Entah kapan dia ditahbiskan
Muslim menjadi nabi! Di Mekkah, sang ayah ini tidak mendirikan mezbah
maupun mempersembahkan korban bakaran, bahkan tidak melakukan apapun kecuali
mengintervensi keluarga Ismail! Sang ayah yang Nabi itu MESTINYA pertama-tama
mendamaikan hubungan suami-istri anaknya yang tampaknya tidak harmonis, namun
ternyata Ibrahim justru mengisyaratkan agar Ismail menceraikan isterinya!
(Shahih Bukhari 4/55/583). Nabi Besar betulan atau hasil fantasi Muhammad? Dan
adakah Ibrahim itu pernah melakukan (atau menyerukan orang) untuk memuja dan
mencium Batu-Hitam Ka’bah seperti yang Muhammad contohkan?!
Semua-muanya
ini, ditambah dengan kenyataan bahwa Muhammad tidak pernah disunat ala Abraham,
MAKA atas dasar apakah Muhammad itu bisa-bisa membual-kan dirinya sebagai
penegak “agama Ibrahim yang lurus”?! Agama Ibrahim apa yang dia
tegakkan? Dan apanya yang lurus?! Semuanya telah bengkok, dijungkir-balik,
dikosongkan, dan dibualkannya! Ini adalah sebuah unjuk kenekatan spekulasi yang
luar biasa dari pihak Muhammad, demi mencoba menghilangkan setting Israel dan
Yudaisme agar mulus menjadi Islam dalam setting Arab (re: kisah Ibrahim-Ismail,
Baitullah, kiblat shalat, puasa Ashura, dll). Kita tidak heran bilamana hal itu
bisa mengkelabui orang-orang Arab jaman dahulu yang gila dongengan 1001 malam,
namun para Muslim yang bernalar universal saat ini tentu harus mempersoalkan
kembali dongengan yang membodohi!
Keempat
Menyusuri ayat 104, 105 dan 106, para pembaca Quran pasti dibuat kaget ketika kedua ayah dan anak itu sedang nyaman berserah diri (!) dan sang anak sedang berbaring, tetapi tiba-tiba datang suara teriakan (dari langit?):
"Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata…
Menyusuri ayat 104, 105 dan 106, para pembaca Quran pasti dibuat kaget ketika kedua ayah dan anak itu sedang nyaman berserah diri (!) dan sang anak sedang berbaring, tetapi tiba-tiba datang suara teriakan (dari langit?):
"Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata…
Tidakkah
ini kalimat-kalimat yang lucu, berantakan, dan tak masuk akal? Yang
kehilangan otoritas sebagai sebuah wahyu korektif atas apa yang sudah
diwahyukan 2600 tahun sebelumnya?
Tak ada
narasi apapun bahwa Ibrahim siap-siap untuk membunuh, tak ada apa-apa yang
kritis dan genting, tiba-tiba ada teriakan Allah? Anehnya teriakan itu
SAMASEKALI BUKAN (membantah dongengan umum Muslim) teriakan langsung Allah SWT
untuk menyetop(menghentikan) TINDAKAN genting Ibrahim terhadap sang
anak. Yang Ibrahim lakukan cuma membaringkan anaknya itulah! Teriakan Allah
malahan hanyalah sekedar pujian belaka kepada Ibrahim, yang mana samasekali
lepas dari konteks drama kritis penyembelihan. Ternyata Allah hanya mencoba
meyakinkan Ibrahim yang kebingungan. Dan untuk itu Allah sampai perlu
menekankan kata SESUNGGUHNYA sampai tiga kali,
a. Sesungguhnya Ibrahim
telah membenarkan mimpi Ibrahim sendiri
b. Sesungguhnya perbuatan
Ibrahim (yang mau membunuh anaknya??) itu adalah perbuatan baik! Sehingga
Ibrahim akan mendapat balasan Allah.
c. Sesungguhnya kejadian
ini (atau mimpi ini?) adalah sungguh dan benar suatu ujian yang nyata.
Tetapi
tiga kata “sesungguhnya” yang begitu royal diucapkan oleh Allah SWT itu justru
bisa lebih mengacaukan ketimbang meyakinkan.
Sebab
membenarkan mimpi Anda sendiri untuk membunuh anak Anda sendiri tanpa
pasal apapun itu, apakah itu SUATU IMAN dan PERBUATAN BAIK yang
dibenarkan Islam? Adakah Muhammad atau para sahabatnya yang andaikata bermimpi
menggorok leher anaknya, lalu benar-benar akan menggoroknya atas nama Allah?
Atas dasar apakah maka mimpi membunuh anak itu boleh menjadi suatu
perintah wajib bagi Ibrahim? Dan apakah dengan narasi yang hanya berdasarkan
10 ayat Allah diatas, ada orang Muslim beriman yang dapat menyimpulkan bahwa
mimpi demikian itu adalah sebuah TESTING IMAN dari Allah? Tidakkah itu justru
lebih mungkin testing dari Setan?
Tampaknya
Muhammad dan Muslim lupa bahwa untuk mimpi-mimpi yang dianggap sebagaiwahyu
teramat penting maka Tuhan akan selalu menjelaskannya lewat
malaikat, atau akan dinyatakan berkali-kali dengan konfirmasi
(lihat mimpi nabi Yusuf dikonfirmasi 2x, Firaun 2x, Petrus 3x dan dikonfirmasi
balik 1x, dll). Ini semua agar wahyu-sorga tidak terbaur dengan mimpi fantasi
dunia maya. Bagaimanapun, Mahatahu dan Mahadaya cipta Allah tidak akan
memilih moda-komunikasi yang begitu kerdil, rancu dan rentan salah
paham, untuk menyampaikan sebuah message Tuhan yang terbesar bagi umat
manusia, lewat Abraham, Bapa Bangsa-bangsa dan Nabi yang digelar Sahabat
Elohim. (BERSAMBUNG ke bag.2)
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR