_bagian
kedua dari 6 artikel.
Oleh ; Abd Al Masih
[...mungkin saja anda pernah membaca artikel ini di website
lain karena artikel ini memang saya copy dari alamat website lain. Saya sengaja
tidak mengubah judul artikel dan isinya agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
memahami esensinya. Namun karena terlalu panjang, maka akan saya bagi dalam
beberapa bagian. Pembaca hendaknya membaca sampai habis untuk mendapatkan
manfaat yang utuh dari apa yang selama ini di-salah- mengerti-kan atau malah
sengaja di-sembunyi-kan oleh para sarjana muslim dan para mubaligh kepada umat
muslim dalam memahami Quran dan Injil. Sesuai dengan judulnya, “Pertanyaan Yang
Menuntut Jawaban”, maka sebagian besar pertanyaan yang selama ini tersimpan di
kepala anda akan terjawab di sini...selamat membaca]
III. JANJI-JANJI ILAHI TENTANG MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Kita akan mengutip
Al-Qur’an janji-janji ilahi yang diberikan kepada Maryam tentang Al-Masih yang
akan dilahirkan olehnya: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),” (Sura
3:45).
Allah sendiri
memberitahukan kepada Maryam tentang kelahiran Al-Masih dengan menyebut Isa
“kalimat (yang datang) daripada-Nya.” Semua nabi telah mendengar Firman Allah
dan menuliskannya dengan sungguh-sungguh. Bagi Al-Masih, Dia tidak hanya
mendengar Firman Allah, tapi diri-Nya sendiri juga adalah merupakan inkarnasi
Firman Allah yang agung. Di dalam diri-Nya terdapat kuasa yang penuh atas
Firman Allah untuk mencipta, menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan
memperbaharui. Mengenai fakta yang unik ini, Allah terlebih dahulu telah
memberitahu kelahiran Al-Masih kepada Maryam secara pribadi, mengkonfirmasikan
dia kenyataan atas keajaiban yang besar itu.
Dalam Al Qur’an tidak
tertulis bahwa Muhammad adalah Kalimat Allah yang berinkarnasi. Dia hanya
mendengarkan Firman Allah dari seorang malaikat dan mengulanginya untuk para
pendengarnya. Allah tidak memberitahukan kelahiran Muhammad kepada ibunya; dan
juga Roh Allah tidak ditiupkan ke dalam Aminah. Di sisi lain, Maryam secara
pribadi berhadapan dengan malaikat Jibril, yang dikirim oleh Allah untuk
menjelaskan kepada dia pekerjaan Roh Kudus di dalam dirinya. Hanya dia yang
dipilih di antara wanita-wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur’an, “Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Sura 3:42).
Nama Maryam dicatat 34
kali dalam Al Qur’an; tetapi nama ibunya Muhammad tidak dicatat sama sekali.
Ketika Muhammad memohon pengampunan atas dosa ibunya setelah ibunya meninggal,
Allah menghentikan Muhammad; hal ini membuat Muhammad menangis dengan keras.
IV. KESUCIAN HIDUP MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Konon ketika Muhammad
masih kanak-kanak, dua malaikat datang dan menyucikan hatinya. Ahli agama Islam
mendukung cerita ini:
“Bukankah Kami telah
melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
yang memberatkan punggungmu?” (Sura 94:1-3).
Sejak itu, Muhammad mendapatkan
gelar kehormatan al-Mustafa, “Orang Yang Terpilih.” Dia sendiri bukanlah orang
yang suci dan benar, karena dua malaikat harus mengambil beban dari hatinya dan
menyucikannya. Muhammad membutuhkan “operasi hati” agar dapat disucikan dan
menjadi seorang nabi dan pembawa berita Allah.
Di lain pihak, kita
membaca dalam Al-Qur’an bahwa Anak Maryam akan menjadi yang “paling suci” sejak
saat Dia dilahirkan; malaikat berkata kepadanya:
“Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang
suci” (Sura 19:19).
Ahli-ahli agama Islam
al-Tabari, al-Baidawi, dan al-Zamakhshari setuju bahwa julukan “paling suci”
berarti tidak bersalah dan tidak berdosa. Sebelum Al-Masih dilahirkan,
inspirasi ilahi menyatakan bahwa orang yang akan dilahirkan dari Roh Allah akan
selalu hidup suci, tanpa satu dosa pun. Tidak perlu diadakan penyucian
hati-Nya, karena diri-Nya sendiri adalah suci. Anak Maryam tidak hanya
mendengar Kalimat Allah; diri-Nya sendiri adalah Kalimat Allah. Tidak ada
perbedaan antara perbuatan-Nya dan perkataan-Nya. Dia tetap selalu tidak
bersalah dan tidak berdosa.
Al-Qur’an bersaksi
beberapa kali bahwa nabi-nabi tertentu telah berbuat dosa – kecuali Al-Masih,
yang selalu hidup suci. Roh Allah memelihara Dia, sejak Dia lahir, dalam
kesucian yang sempurna, walaupun Dia menjadi manusia. Dia tidak jatuh ke dalam
pencobaan karena Dia adalah Roh Allah yang berinkarnasi.
Muhammad mengaku secara
terbuka tiga kali dalam Al-Qur’an bahwa dia harus meminta pengampunan:
“dan mohonlah ampunan
untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan
pagi.” (Sura 40:55).
“dan mohonlah ampunan
bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Sura 47:19).
“Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan
kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang,” (Sura 48:1-2).
Beberapa orang Islam
menolak untuk menerima ayat-ayat ini yang dengan jelas diungkapkan oleh
Al-Qur’an. Orang-orang Islam lainnya mencoba menutupi kebenaran ini.
Muhammad adalah manusia
biasa, yang lahir dari hubungan kedua orang tuanya. Dia menjalani kehidupan
yang normal dan berdosa sebagaimana kita juga berbuat dosa. Dia meminta
pengampunan atas dosanya kepada Allah. Tetapi Al-Masih dilahirkan dari Roh
Allah; Dia adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup penuh
dengan kesucian sejak kelahiran-Nya.
V. INSPIRASI MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Muhammad menyatakan
bahwa dia menerima inspirasi melalui malaikat Jibril, roh yang setia. Beberapa
kumpulan Tradisi (Hadits) menyebutkan bahwa setiap kali Muhammad mendapatkan
inspirasi, Muhammad langsung menjadi seperti tidak sadar. Buku al-Rewaya menyebutkan
bahwa dia berubah dari keadaan normal menjadi seperti dalam keadaan mabuk,
bahkan hampir pingsan. Beberapa pakar Islam mengatakan bahwa dia diangkat dari
dunia ini. Abu Huraira mengatakan, “Ketika inspirasi memasuki Muhammad, dia
menjadi pucat pasi.” Buku al-Rewaya menulis, “Wajahnya menjadi seperti depresi,
dan matanya menjadi cekung. Kadangkala ia menjadi jatuh tertidur pulas sekali.”
Omar bin al-Khattab mengatakan, “Ketika dia mendapatkan inspirasi, dia
mendengar suara yang bising, seperti suara lebah yang sedang terbang, di
seputar wajahnya.” Ketika Muhammad ditanya bagaimana inspirasi tersebut
diterima olehnya; dia menjawab, “Kadangkala inspirasi tersebut datang kepada
saya seperti bunyi gema bel yang keras sekali, yang merupakan bentuk inspirasi yang
terberat bagi saya; dan ketika saya sadar, saya baru ingat apa yang telah
disampaikan.”
Pakar-pakar Islam
menyetujui bahwa Muhammad “merasa berat setiap kali mendapat inspirasi;
keningnya bercucuran keringat dingin; kadangkala dia jatuh tertidur pulas sampai
matanya menjadi merah.” Zaid bin Thabit mengatakan, “Ketika Muhammad mendapat
inspirasi, badannya menjadi begitu berat. Suatu kali, pahanya jatuh menimpa
paha saya, dan saya bersumpah kepada Allah, belum pernah saya menemukan hal
yang lebih berat daripada paha Muhammad. Setiap kali dia mendapat inspirasi
ketika berada di atas unta, untanya menjadi pincang, kakinya seolah-olah mau
patah; dan kadangkala untanya sampai berjongkok”(Mastery in the Quranic
Sciences, oleh al-Soyouti; 1:45-46). Menurut ahli agama Islam dan
kesaksian-kesaksian mereka, Allah tidak berbicara langsung kepada Muhammad
tetapi melalui malaikat Jibril. Allah menjaga jarak dengan dia, bahkan pada
saat datangnya inspirasi.
Sebaliknya, Allah tidak
pernah mengirim malaikat Jibril kepada Al-Masih, dan Al-Masih tidak pernah
menerima inspirasi melalui malaikat Jibril atau pun pihak ketiga. Diri-Nya
sendiri adalah kebenaran yang menjelma menjadi manusia (Sura 19:34), Firman
Allah yang kekal dan Roh dari Allah, dari diri Allah, penuh dengan pengetahuan
akan kehendak-Nya. Jika ada yang ingin mempelajari kehendak Allah secara
mendalam, dia harus mempelajari kehidupan Al-Masih dengan seksama, karena Dia
adalah inkarnasi dari kehendak Sang Maha Kuasa. Al-Qur’an menyatakan bahwa
Allah sendiri yang mengajarkan Al-Masih Al Kitab, kebijaksanaan, Taurat, dan
Injil, sebelum Dia berinkarnasi:
“Dan Allah akan
mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (Sura 3:48).
Al-Masih tahu segala
rahasia di atas surga dan di bumi, karena Allah memberitahu Dia segala sesuatu
yang telah ditulis dalam Kitab Surgawi (al-Lauh al-Mahfudh), termasuk seluruh
kitab Taurat, Zabur dan Injil. Jadi, Al-Masih dipenuhi oleh Firman Allah. Dia
tidak mengucapkan kalimat lain selain kata-kata yang berasal dari Allah. Dia mengucapkan
kalimat yang menenangkan dan memberikan petunjuk kepada ibu-Nya, segera setelah
Dia dilahirkan.
“Maka Jibril menyerunya
dari tempat yang rendah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu
telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan
Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada
hari ini’.” (Sura 19:24-26).
Menurut Al-Qur’an,
Al-Masih mengatakan kalimat Allah ketika Dia masih bayi. Dia tidak membutuhkan
seorang malaikat atau pun perantara, karena diri Dia sendiri adalah Firman
Allah dan Roh Allah. Untuk alasan inilah, kuasa Allah bekerja dalam Anak
Maryam, untuk mencipta, menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui.
Kesimpulan dari
inspirasi kepada Muhammad dalam Al- Qur’an dan dalam kumpulan Tradisi (Hadits)
terkumpul dalam Syariat (Hukum Islam), yang memuat segala perintah agung dan
larangan-larangan. Wujud akhir dari inspirasi kepada Muhammad berbentuk
“buku-buku”: Al-Qur’an and kumpulan Tradisi (Hadits), yang semuanya terkumpul
dalam Syariat.
Inspirasi kepada
Al-Masih adalah “diri-Nya sendiri.” Injil-Nya bukanlah berbentuk suatu hukum
melainkan pewahyuan atas kehidupan-Nya. Juga, Al-Masih memberikan para
pengikut-Nya kuasa Ruhul Qudus, sehingga mereka dapat memenuhi
perintah-perintah-Nya. Para murid-Nya tidak secara utama percaya pada suatu
agama, dan mereka juga tidak hidup di bawah hukum; tetapi lebih dari itu,
mereka percaya kepada suatu pribadi. Mereka berpegang erat pada Al-Masih, dan
mengikut Dia. Al-Masih itu sendiri adalah inspirasi Allah.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR