_bagian
keempat dari 6 artikel.
Oleh ; Abd Al Masih
[...mungkin saja anda pernah membaca artikel ini di website
lain karena artikel ini memang saya copy dari alamat website lain. Saya sengaja
tidak mengubah judul artikel dan isinya agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
memahami esensinya. Namun karena terlalu panjang, maka akan saya bagi dalam
beberapa bagian. Pembaca hendaknya membaca sampai habis untuk mendapatkan
manfaat yang utuh dari apa yang selama ini di-salah- mengerti-kan atau malah
sengaja di-sembunyi-kan oleh para sarjana muslim dan para mubaligh kepada umat
muslim dalam memahami Quran dan Injil. Sesuai dengan judulnya, “Pertanyaan Yang
Menuntut Jawaban”, maka sebagian besar pertanyaan yang selama ini tersimpan di
kepala anda akan terjawab di sini...selamat membaca]
VII. KEMATIAN MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Dalam biografi mengenai
sang Nabi, Ibn Hisham menulis bahwa Muhammad wafat setelah sakit karena demam
yang tinggi. Sebelum kematiannya, Muhammad mengatakan bahwa racun dari bangsa
Yahudi telah mematahkan hatinya. Ketika seorang budak wanita Yahudi memberikan
racun kepada makanan Muhammad, seorang tamu yang makan bersamanya meninggal!
Muhammad sendiri merasakan racun dalam makanannya dan memuntahkannya sebelum
dia telan. Namun demikian, tubuhnya telah menyerap sebagian dari racun
tersebut, dan itu yang menyebabkan kematiannya.
Kematian Al-Masih dengan
jelas diwartakan dalam Al-Qur’an, menggenapi rencana Allah sebagai berkat bagi
segala umat manusia. Dalam Al-Qur’an, Yang Maha Kuasa berkata langsung kepada
Isa:
“Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”
(Sura 3:55).
Walaupun kutipan ini
tidak tertulis dalam Injil, hal ini membuktikan bahwa Al-Masih bukan dibunuh
secara tidak sengaja, tetapi mati secara suka rela sesuai dengan kehendak
Allah, dalam kedamaian.
Al-Qur’an tidak
membantah kematian bersejarah Al-Masih sebagaimana dikatakan orang-orang yang
tidak percaya, karena kita dapat membaca nubuat yang dikatakan oleh Al-Masih
tentang kematian-Nya sendiri dalam Sura Maryam 19:33:
“Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Pengakuan besar dari
Al-Qur’an ini mengkonfirmasikan bahwa Al-Masih dilahirkan, mati dan bangkit
kembali dari kematian. Dengan pernyataan ini, Muhammad mendukung ajaran Injil.
Setiap orang yang percaya kepada urut-urutan kejadian bersejarah ini akan hidup
bersama Dia yang hidup sekarang dan selama-lamanya!
Ketika Al-Masih kembali
ke dunia lagi, Dia tidak akan pernah mati lagi. Dia tidak mengatakan dalam Sura
Maryam bahwa Dia akan mati nun jauh di kemudian hari, tetapi segera setelah
kelahiran dan kehidupan-Nya. Al-Qur’an bersaksi bahwa Al-Masih dilahirkan,
bahwa Dia mati, dan bahwa Dia bangkit kembali dalam mata rantai kejadian yang
berurutan. Para pengikut Al-Masih sangat yakin tentang kematian dan kebangkitan
Anak Maryam yang bersejarah.
Al-Masih mati secara
sukarela dan dalam kedamaian yang sempurna. Kita dapat membaca hal ini dalam Injil
dan dalam Al-Qur’an. Al-Masih mengetahui sebelumnya tentang bagaimana Dia akan
mati. Dia bahkan memilih hari dan waktu kematian-Nya sendiri untuk dengan
sengaja tepat jatuh pada hari perayaan Paskah, menurut Hukum Musa. Dia
mengungkapkan bahwa Dia akan mati sebagai penebus dosa manusia dan
menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya dari dosa-dosa mereka dan
dari api kekal. Semua orang akan mati karena mereka telah berdosa, tetapi
Al-Masih tidak pernah berbuat dosa. Al-Qur’an menegaskan hal ini beberapa kali.
Al-Masih tidak mati karena dosa-Nya sendiri, tetapi karena memikul dosa kita
dan mati bagi kita. Ada kedamaian dan makna yang agung yang menyelubungi
kematian-Nya, menurut Sura Maryam 19:33, karena Dia, Domba Allah, memikul dosa
dunia dalam kasih-Nya.
VIII. MUHAMMAD DAN AL-MASIH, SETELAH KEMATIANNYA
Muhammad dikuburkan di
Medinah, dan kuburannya masih ada sampai sekarang. Orang Islam percaya bahwa
rohnya menjadi perantara bagi mereka yang sudah meninggal (Barzakh), sambil
menunggu Hari Penghakiman.
Kita dapat membaca dalam
Al-Qur’an bahwa Allah mengangkat Al-Masih kepada diri-Nya, dan menjanjikan Dia:
“Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”
(Sura 3:55).
Janji ini
dikonfirmasikan dalam Al-Qur’an sebagai fakta yang telah terpenuhi/terlaksana:
“Allah telah mengangkat
‘Isa kepadaNya.” (Sura 4:158).
Dengan kata lain, Allah
memanggil anak Maryam keluar dari kuburan dan mengangkat Isa Al-Masih
kepada-Nya. Isa Al-Masih sekarang berdiam dekat Allah, sangat dihormati baik di
bumi maupun dalam kekekalan. Al-Qur’an bersaksi:
“Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),” (Sura 3:45).
Kuburan Al-Masih telah
kosong, karena Dia memang telah dibangkitkan, seperti yang telah dikatakan-Nya
sebelumnya. Tetapi jenazah Muhammad masih ada di kuburannya. Al-Masih terus
hidup. Muhammad telah mati; dia tidak pernah dibangkitkan dari kuburannya, dan
juga tidak pernah naik ke surga. Di sini terdapat perbedaan yang begitu besar
antara hidup dan mati. Karena kehidupan lebih besar daripada kematian, demikian
juga Isa lebih besar daripada Muhammad. Isa berada di dalam kekekalan.
Al-Qur’an sendiri dengan jelas menggambarkan Al-Masih yang hidup sebagai sosok
bagi setiap orang yang mencari kehidupan yang kekal.
IX. KEDAMAIAN MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Setiap kali menyebutkan
nama Muhammad, seluruh umat Muslim berdoa:
“Kiranya Tuhan mendoakan
dia dan memberi dia damai.”
Doa mereka
mengindikasikan bahwa damai Allah belum datang kepada Muhammad, walaupun para
pengikutnya telah mendoakan dia selama berabad-abad! Muhammad adalah nabi yang
secara terus-menerus membutuhkan campur tangan pengikutnya, bukan sebaliknya.
Al-Qur’an menyaksikan bahwa Allah sendiri, seluruh malaikat dan seluruh umat
Muslim, harus mendoakan Muhammad dengan tekun untuk menyelamatkan dia pada hari
penghakiman:
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
(Sura 33:56).
Dalam Sura Maryam,
Al-Masih dituliskan berkata:
“Kesejahteraan atas
dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia
dibangkitkan hidup kembali.” (Sura 19:15).
Putra Maryam adalah
Pangeran Kedamaian yang hidup sebagai manusia biasa dalam damai dengan Allah
dari mula hingga akhirnya. Tidak ada yang memisahkan Dia dari berkat kekal
Allah.
Kelahiran Al-Masih dari
perawan Maryam terjadi menurut kehendak dan kuasa Allah. Dia dilahirkan tanpa
dosa. Damai Allah yang sejati ada pada diri-Nya sejak permulaan hidup-Nya. Berdasarkan
kenyataan ini, langit terbuka dan malaikat-malaikat bernyanyi, “Kemuliaan bagi
Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia
yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14).
Al-Masih benar-benar
mati. Dia tidak mati untuk dosa diri-Nya, tetapi sebagai pengganti bagi
dosa-dosa kita. Bahkan dalam kematian-Nya, Isa mengalami damai dengan Allah.
Manusia mati karena dosa mereka yang menjijikkan, “upah dosa adalah maut” (Roma
6:23). Tetapi Allah sangat senang ketika Al-Masih mati, karena kematian-Nya
telah mendamaikan Dia kembali dengan manusia. Oleh karenanya damai Allah
menyelubungi kematian Al-Masih.
Kebangkitan Isa Al-Masih
dari kematian adalah bukti terbesar bagi kesucian-Nya. Jika Al-Masih berbuat
satu dosa saja selama hidup-Nya, kematian akan memiliki kuasa yang sah atas Dia
dan akan terus mencengkeram Dia, sama halnya seperti kematian telah
mencengkeram Muhammad. Tetapi Al-Masih tidak pernah berbuat satu dosa pun,
besar atau kecil! Oleh karenanya, Dia telah mengalahkan kematian dan telah
bangkit sebagai tanda kemenangan atas kuasa kegelapan. Al-Masih masih hidup –
Muhammad telah mati! Seluruh umat Islam mengakui kenyataan ini ketika mereka
mengucapkan menyebut nama Al-Masih, dengan berkata:
“Damai ada pada-Nya.”
Mereka mengetahui dengan
baik dan bersaksi bahwa Dia hidup dengan penuh kedamaian dengan Allah.
Muhammad mengalami
siksaan yang begitu berat di Mekah, tetapi ketika dia menjadi berkuasa secara
politik dan sosial, dia mengirimkan serangan-serangan yang hebat dan peperangan
berdarah melawan musuh-musuhnya. Kadang kala dia menjadi sangat tidak
bertoleransi dan tidak mau memaafkan. Dalam Al-Qur’an, Muhammad memerintahkan
lebih dari 16 kali untuk membunuh musuh-musuhnya, orang yang tidak percaya, dan
orang yang keluar dari Islam:
“Dan bunuhlah mereka di
mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah
mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,
dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka
memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka
bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (Sura 2:191).
“Maka janganlah kamu
jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan
Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu
menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi
pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong” (Sura 4:89).
“Dan perangilah mereka,
supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (Sura
8:39).
“Apabila sudah habis
bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja
kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di
tempat pengintaian.” (Sura 9:5).
Muhammad tidak membawa
damai ke dunia tetapi peperangan. Dia mengutus pasukannya untuk menyerang dan
perang suci lebih dari 30 kali. Dia sendiri turut serta dalam penyerangan dan
ekspedisi sebanyak 29 kali. Dia memimpin pengikutnya untuk mencucurkan darah
musuh-musuhnya. Dia adalah contoh seorang pemimpin politik yang beragama di
semenanjung Arab.
Walaupun Orang Yahudi
menghukum Dia dengan kejam, tetapi Al-Masih yang rendah hati dan lembut tidak
membela diri-Nya dengan pedang. Dia melarang pengikut-Nya untuk mengalirkan
darah musuh-musuh-Nya, dengan memerintah Petrus “Masukkan pedang itu kembali ke
dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang”
(Mat 26:52). Setiap orang Kristen yang berperang dengan senjata yang mematikan
untuk penyebaran Injil dan menumpahkan darah orang lain berarti memberontak
kehendak Tuhan. Dia akan diadili sebagai orang yang tidak taat pada perintah
Pangeran Kedamaian. Tetapi setiap orang Islam yang mati dalam perang suci
dijanjikan akan langsung diangkat ke surga. Hanya Al-Masih yang membangun
kedamaian yang sejati tanpa peperangan dan pembunuhan. Muhammad mewajibkan
setiap umatnya untuk berperang melawan musuh-musuhnya (lihat juga Sura 4:95,96;
25:52). Al-Masih lebih suka mencurahkan darah-Nya sendiri yang berharga untuk
menyelamatkan musuh-musuh-Nya, sehingga mereka tidak akan binasa. Dia bahkan
berdoa untuk mereka: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Isa adalah satu-satunya
Muslim sejati, jika kita menganggap definisi kata “Muslim” berasal dari kata
Arab Salam, yang berarti “damai.” Seorang Muslim sejati adalah pendamai yang
menyerahkan hidupnya sendiri kepada Allah yang penuh Kasih, dan melayani hanya
kepada Allah saja.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR