Monday, September 23, 2013

Kapan Terrorisme dan Intimidasi Dalam Islam Dimulai?



[Diperingatkan dengan keras agar muslim jangan membaca artikel ini karena isinya sungguh membuka aib ajaran yang selama belasan abad dicoba untuk disembunyikan oleh para mubaligh, karena apa yang dipaparkan dalam artikel ini sangat tidak layak untuk dibaca apalagi menjadi panutan muslim dan umat manapun di dunia ini. Artikel ini sebagian besar saya kutip dari salah satu bab dari buku berjudul, “Jesus, Muhamad and I” karangan seorang muslim yang telah tercerahkan/menjadi murtadin. Tentu saja isinya telah saya sesuaikan dengan bahasa yang tidak terlalu vulgar agar dapat diterima umum. Namun demikian, bila anda masih terbelenggu ajaran muslim dan tetap nekat membacanya, maka segala akibat kelak(bagi yang masih waras berpotensi akan murtad) maka bukan menjadi tanggung jawab saya_penulis]

Dalam artikel ini, akan dibahas serangan dan pertempuran kaum muslim di bawah kepemimpinan Muhammad dan penerus-penerusnya yakni para kalifah. Juga akan dibahas kekejaman tak terbatas dari(Muhamad) orang yang sudah terlanjur digambarkan, dianggap dan diagungkan sebagai orang yang pengampun dan pengasih ini....

Semua tindakannya, sesungguhnya sedang mencerminkan sebuah inferioritas yang kronis _ kompleks yang dia alami semasa hidupnya _ sebagai akibat dari hidupnya yang miskin hingga umur dua puluh lima tahun tanpa pendidikan. Untuk mengimbangi masa lalunya kemudian dia memberikan dirinya kekayaan, kehormatan dan predikat kenabian dengan cara yang aneh.
Sudah sering kita dengar bersama seperti yang dikhotbahkan para mubaligh bahwa di kota Medinah Muhammad berhasil melipat gandakan pengikutnya untuk mendukung misinya. Tetapi anehnya, yang bahkan sama sekali tidak dikotbahkan dan diajarkan para mubaligh adalah bahwa dia(Muhamad) sebenarnya sedang menghadapi masalah yang sangat serius ; dari manakah dia akan mendapatkan uang yang ia butuhkan untuk menghidupi anak buahnya?. Karena para pengikutnya umumnya orang-orang yang bodoh tanpa pendidikan dan para penganggur yang tidak memiliki pekerjaan lain apapun, maka dia tidak menemukan cara lain selain melakukan serangan, penjarahan dan perampokan(atas nama Alloh) yang mengakibatkan pembunuhan dan pertumpahan darah. 
Empat Serangan Pertama

Berdasarkan catatan sejarah, karena logistiknya semakin menipis maka cara tercepat untuk segera mendapatkanya adalah dengan “melakukan pembegalan” atas para pedagang yang melintas di wilayah terdekat mereka. Pilihan pertama jatuh pada konvoi karavan dagang milik kaum Quraysh dimana serangannya yang pertama ini dikenal dengan serangan Al-Iwa’, yang mana dia dan para pengikutnya menyerang sebuah konvoi caravan unta, yang dimiliki oleh beberapa kaum Quraysh.
*[Tidak ada satupun dari hakekat serangan ini yang dapat dikaitkan kepada Alloh kecuali karena urusan perut semata, namun tetap saja dikatakan sebagai “perang demi Alloh” atau demi “membela Alloh”. Alloh yang ini nampaknya sudah dibajak namanya, persis seperti yang dilakukan para teroris sampai hari ini].
Serangan ke empat dikenal dengan Al-Nakhla, sebuah tempat diantara Mekah dan Taif. Abdullah bin Jash, memimpin dua belas orang dalam sebuah serangan atas caravan yang membawa kurma dan kain. Karavan itu dipimpin oleh Amr bin Al-Hadrami, yang justru dibunuh pada Bulan Haram, bulan dimana kaum Islam sangat dilarang untuk membunuh dan berkelahi. Tetapi demi untuk Muhammad, dia berdiri diatas semua pelarangan. Maka lagi-lagi turunlah ayat dari mulutnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Alloh, kafir kepada Alloh…lebih besar dosanya di sisi Alloh.”

Perlu diketahui bahwa, perjanjian antara Muhammad dengan komplotannya adalah dia mendapatkan 20% dari hasil penjarahannya, dan anak-buahnya mendapatkan 80%. Sebagai hasil dari perampokan-perampokan, Muhammad dan anak-buahnya mendapatkan hasil permodalan yang sangat besar. Dengan modal itu, mereka mendapatkan anak buah yang semakin banyak lagi, dan melakukan pekerjaan berbagai penjarahan yang lebih besar lagi. Akibatnya, Perang Badar terjadi pada hari Farkan di bulan Ramadan.

Perang Badar
Siapa yang memulai serangan dalam perang Badar?
*[Muslim selalu merasa bahwa perang ini ”defensif ” untuk menghancurkan musuh-musuh (agresor) Islam yang dituduh kelewat batas.]
Namun jawablah ini dulu ;
*[Karena bala bantuan ”milisi kafir” dari Mekah inilah, maka muslim mendalilkannya sebagai ”perang militer” melawan musuh-musuh Alloh yang kafir, padahal itikad aslinya adalah merampok sebuah karavan kaya dari si kafir Abu Sofyan, termasuk menawan wanita-wanita cantik yang bisa dipakai semaunya untuk nafsu seks liar mereka.]
Seperti biasanya, “jibril” membantu Muhammad dengan ayat yang diturunkan: “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakukan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”.
Kemudian Muhammad mengambil 70 tawanan wanita. Abu Bakar menyarankan kepada Muhammad untuk membebaskan mereka agar Alloh dapat membimbing mereka untuk beriman terhadap kenabian Muhammad. Sa’d Ibn Mua’dh juga berkata sama. Tetapi Muhammad lebih mementingkan penjarahan dan kepentingan pemuasan nafsu seks liar ketimbang pertobatan iman. Sisa tawanan yang tidak dibunuh ditawarkan untuk dibebaskan atas tebusan (Surat Muhammad 47:4), dengan akibat lanjut kaum Quraysh harus menjual rumah mereka demi menebus tawanan tersebut dari tangan Muhammad.
Sa’d Ibn Mua’dh mengkritik kekejaman yang dilakukan Muhammad. Namun Muhammad berkata kepadanya, “Kamu sepertinya membenci apa yang dilakukan para pengikutku”. Dia menjawab, “Ya. Membunuh tahanan bukan tradisi Rab”. Muhammad menjawab, “Tetapi mereka adalah kafir”. Dia(Sa’d bin Mua’dh) kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu daripada membiarkan orang-orang itu hidup”.
Muhammad pergi untuk membagikan hasil rampasan perang diantara dirinya dan anak buahnya. Tetapi setelah hasil rampasan dibagikan, dalam perjalanan pulang, Muhammad membunuh Al-Nadr bin Al-Haris. Dan ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba bin Abi Al-Mu’ait. Inilah kelicikan Muhammad terhadap orang-orang yang telah membantunya. Namun seperti biasanya, Muhammad mengatasi masalah kelicikannya ini dengan mendapat ”pertolongan” ayat Alloh yang diturunkan kepadanya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Alloh dan Rasul.”

*[Pembelajaran dari perang ini menyangkut 3 aspek bagi setiap Muslim: (1). Adanya pelintiran makna terhadap pemlintiran istilah, dari aslinya “perampokan” menjadi “perang militer yang gemilang menghancurkan orang kafir”. (2). Adanya metamorfosa “Jibril” yang selalu ngurusin pengecualian dan penghalalan bagi Muhammad dari ketentuan-ketentuan Alloh yang baku. (3). Adanya penyesatan oleh “Jibril” bahwa setiap barang jarahan kafir adalah halal, namun tidak ada satu orang kafirpun yang halal hidup diatas bumi, kecuali muslim saja, seperti yang didoakan nabi Nuh versi islam: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

Perang Uhud
Tidak lama setelah perampokan Badar, orang-orang Quraysh memutuskan untuk balas dendam atas serangan terhadap Muhammad dan pengikut-pengikutnya, hal ini normal dan berlaku dimana-mana. Segera ketika Abu Sofyan tiba di Mekah, dia membangun kekuatan untuk melawan Muhammad dan komplotannya. Abu Sofyan dan pasukannya berangkat menuju Medina. Mereka berkemah dekat Gunung Uhud, mempersiapkan diri untuk menyerang kota. Muhammad diberitahu mengenai pasukan yang siap menggempur mereka.
Muhammad meyakinkan pengikut-pengikutnya bahwa dengan nama Alloh dan malaikat-malaikat, kemenangan akan memihaknya, “Aku akan meminta Allah dan malaikatNya untuk berperang bagi kita.” Namun hal yang sangat kontras kemudian yang terjadi, ketika perang dimulai, ternyata Muhamad dan pasukannya langsung keok dikalahkan dan para pengikutnya lari terbirit-birit karena ketakutan. Muhammad mencoba untuk memberikan penjelasan meyakinkan atas Perang Uhud yang sangat memalukan tersebut. Pengikutnya memprotes ; Dimanakah tuhan dari Muhammad? Dimanakah 20.000 malaikat yang dijanjikan untuk berkelahi membela mereka? “Dimanakah mereka berada, Muhammad?”,demikian teriakan nyaring Sa’d, yang terluka parah selama perang. Para petinggi pasukan muslim berkumpul mengelilingi pemimpin mereka dan bertanya kepadanya ; “Abu Kasem(itulah nama yang digunakan sahabat-sahabatnya untuk memanggil Muhamad) apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar (sekutu) tidak akan mempercayai kita lagi”.
Muhammad meminta anak buahnya waktu sejenak untuk mendapatkan sebuah jawaban. Dan “jibril” sudah siap. Namun kali ini kaum Al-Ansar tidak akan bisa diyakinkan hanya dengan satu ayat, sehingga enampuluh satu ayat diturunkan secara langsung sehingga menjadi bagian dari sebuah Surat! Karena Al-Ansar bersungut mengenai apa yang dilakukan Muhammad terhadap Al-Nadir, Surat 59 Al-Hashr(Pengusiran) diturunkan untuk menghentikan semua pertikaian. Sepertinya tuhannya menjadi begitu bermurah hati dengannya sehingga dia tidak hanya mengirimnya hanya satu ayat seperti sebelumnya, tetapi sekarang sebuat surat penuh turun untuk membenarkan tindakannya! Inilah model tuhannya Muhammad!

Affair
Muhammad berhubungan intim dengan Aisyah, pada saat dia berumur sembilan tahun. Pada umur itu, seorang gadis muda tidak sepenuhnya sadar mengenai apa yang terjadi pada dirinya secara seksual. Disamping itu, dia tidak memiliki perasaan dewasa yang membedakan antara seorang laki-laki dengan yang lainnya, dan ke arah mana perasaannya ditujukan. Namun, ketika Aisyah bertambah umur, perasaannya juga bertambah dewasa.
Lihatlah kejadian di seputar pertumbuhan kedewasaannya.
Pertama, pada saat penyerangan terhadap kaum Al-Miraysi, Muhammad agaknya tidak cukup sabar untuk pulang ke rumah, hingga ia meminta Aisyah untuk menemaninya. Dengan kata lain, ketika anak buahnya sedang menyerang, merampok dan mencuri, sang nabi sedang berada dalam tendanya berasyik masyuk dan berhubungan intim dengan Aisyah.
Kedua, ketika sahabat-sahabat Muhammad mengambil wanita suku Al-Mustaliq, mereka mempertontonkan wanita-wanita tahanan. Diantara mereka adalah Juwairiyyah bint Al-Haris, yang sangat cantik dan Muhammad ingin menikahinya. Tetapi karena dia merupakan bagian rampasan perang dari Thabit bin Qais, Muhammad menawarkannya banyak uang, untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Transaksi tersebut bahkan terjadi saat Aisyah sedang bersamanya di dalam tendanya.
Apakah reaksi dari Aisyah? Aisyah meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota, dan dia masuk ke dalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia kembali bersama Safwan bin Al-Mu’attal.
Tidak lama kemudian, Ali melihat kejadian tidak senonoh dari Aisyah, sehingga dia mengatakannya kepada nabi ; Kali ini, Muhammad memutuskan bahwa Aisyah harus dibunuh. Dia pergi kepadanya dengan Ali, dan dengan pedangnya, siap untuk membunuhnya. Muhammad memasuki rumah dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad keluar satu jam kemudian, berkeringat dan keletihan. Ali bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, sepupu?” Muhammad menjawab, “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Alloh untuk membenarkannya lagi”.
Tetapi kali ini lain, ayat tersebut menuduh Ali yang berbohong, dan mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu.”
Sejak hari itu, Ali memusuhi Aisyah dan Aisyah memusuhi Ali, padahal mengenai Ali, Muhammad mengatakan, “Dia adalah sepupuku dan saudara yang menebus nyawaku. Dia adalah kebenaran, dia adalah Ali bin Abu Talib”. Tetapi tuhannya Muhammad kini berbalik dan menuduhnya berbohong kepada Ali, demi menyelamatkan kisah Aisyah…
Surat Pewarisan
Sebuah pertanyaan klasik ; Apakah semua yang tertulis diatas itu adalah perilaku dari seorang nabi yang diutus Tuhan? Sangat jelas bahwa islam berkembang dilandasi dengan banyak darah tertumpah. Dimulai dengan perampasan, pembunuhan, pencurian dan perampokan karavan-karavan kaum Quraysh yang datang dari Damaskus ke Mekkah. Kemudian berlanjut dengan menyerang kaum Yahudi, baik itu di Khaybar maupun di Medina, dan kaum Nasrani di Medina dan Taif juga tidak luput dari pembantaian.
Pertikaian keluarga antara Muhammad dengan Ali menyebabkan dihapusnya Surat Pewarisan, yang seyogyanya menurunkan kekalifahan kepada Ali oleh Muhammad. Harap catat bahwa pendukung Ali(kaum Syiah) tetap mempertahankan keberadaan Surat-Pewarisan dan membacakannya dari dalam Al-Qur’an mereka hingga kini. Ketika Kalifah ‘Utsman mengumpulkan dan membakukan Al-Qur’an, dia menolak untuk memasukkan surat tersebut dan menuntut untuk menghapuskannya. Tetapi surat itu tetap masuk dalam salinan Ibn Mas’ud dari Al-Qur’an dan terdapat di dalam Al-Quran yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Mereka berjumlah sekitar 40% dari semua total orang muslim. Hingga kini, Al-Quran yang dibaca oleh kaum Syiah berjumlah 115 surat, sedangkan Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum Sunni berjumlah 114 surat. Perbedaan ini menimbulkan sebuah pertikaian penting yang terjadi setelah serangan Muraisa, dalam tahun kelima Hijrah.
Akar-akar Terorisme dalam Al-Qur’an
Peristiwa seperti ini mirip dengan perkawinan Muhammad dengan Juwairiyyah bint Al-Haris, yang terjadi ketika nabi membunuh ayah dan suaminya yang ditawan, lalu mengawini sang istri. Aisyah menjawab perilaku Muhammad ini dengan mengkhianatinya sebagaimana dikutip di atas.
Kaum muslim hingga kini mengikuti langkah-langkah Muhammad, sebagai pendiri Islam. Itu sebabnya, hari ini kita menyaksikan para islamis di Mesir merampok gereja-gereja dan toko-toko orang Kristen dan membunuh mereka tanpa perasaan. Di Aljazair, muslim fanatik telah membunuh orang-orang tidak berdosa tanpa pertanyaan, muslim maupun non-muslim, hanya karena merasa ada pihak-pihak yang menentang agenda politik dan agama islam. Kenapa mereka harus ragu melakukan hal-hal ini jikalau nabi mereka membiarkan dan memimpin aksi-aksi yang menjijikan ini? Aksi-aksi terorisme dan intimidasi Muhammad telah didokumentasikan dalam biografi-biografi islamik yang terbaik tentang sepak-terjang Muhammad (sebagai “pahlawan perjuangan”).
Orang-orang harus mengerti bahwa Muhammad telah menjadi contoh bagi umat muslim di dunia Timur maupun Barat.
Kisah Rihana bin Amro

Ketika tangan dan baju Muhammad masih berlumuran dengan darah orang-orang Bani Quraiza, Muhammad memerintahkan para tahanan wanita dipajang di hadapannya. Seperti biasanya, Muhamamd memilih untuk dirinya wanita yang paling cantik. Kali ini pilihannya jatuh pada seorang wanita yang suaminya dan ketiga saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya telah diperintahkan untuk dipenggal kepalanya di depan matanya. Nama wanita itu adalah Rihana binti Amro. Muhammad berkata kepadanya, “Daripada menjadi budakku, saya akan membebaskan kamu dan menikahimu”.  Ia menjawab , “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi budakmu daripada menjadi istri seorang penjagal manusia”. Dia kemudian meludahinya dengan harapan agar sang nabi besar itu akan memerintahkan dirinya untuk dibunuh. Tetapi ternyata Muhammad tidak membunuh wanita cantik. Melainkan, dia menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan intim dengannya sementara kaki dan tangan wanita itu terikat.
Alloh seperti apa yang akan mengirim seorang nabi yang bajunya masih berlumuran darah sembilan ratus orang lantas masih sempat-sempatnya mencari kepuasan seksual dengan seorang wanita yang lebih memilih menjadi budak dan kematian, daripada menjadi “istri dari seorang penjagal manusia.”
Tentu saja kaum Yahudi sejak itu mewarisi kebencian terhadap Muhammad dan para pengikutnya. Dan mereka masih mengingat betapa banyak pembunuhan dan penyiksaan yang dia lakukan terhadap nenek moyang mereka dari Bani Quraiza.
Sehingga mestinya kita semua maklum bahwasanya terorisme hari ini bukan datang tiba-tiba, bukan pula temuan metode baru! Muhammad telah memberi patron terbaik untuk sebuah teror dan intimidasi dengan penutup jubah perjuangan demi agama Alloh.

Kisah Fatimah bint Rabi’a
Fatima bint Rabi’a adalah wanita dipakai sebagai contoh karena harkat dan martabatnya. Dia menolak untuk mengakui Muhammad sebagai seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi yang dianggap pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya tetapi mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan anak perempuannya. Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa, sebagaimana yang ditulis oleh Al-Athir dalam buku-nya.
Setelah Muhamad selesai melakukan perbuatannya yang najis(berhubungan intim) dengan budak tersebut, Muhammad kemudian memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya untuk menuntaskan pembunuhan terhadap Fatimah, walaupun banyak orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis ; “Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”
Sungguh diluar batas akal sehat manusia dan betapa menjijikkan pembunuhan itu dihadapan peradapan umat mausia manapun!! Alloh manakah yang dapat mengilhami seseorang untuk melakukan hal tersebut sehingga tetap harus disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan Maha Penyayang?”. Bagaimana muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?. Jangan lupa bahwa kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan nabi besar itu dari ajaran nabi lainnya apalagi bila dibandingkan dengan Almasih Isa dari Nazaret, yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya dan menyalibkan diriNya, dan yang justru malahan dibalas oleh Almasih Isa dengan meminta pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.
Tambahan Kisah Safiyah bint Huyay
Kisah yang baru saja Anda baca tidak berbeda dengan kisah Kinana bin Al-Rabi’a, yang menjadi tawanan pasca serangan atas Yahudi di Khaibar. Muhammad bertanya mengenai letak hartanya yang disembunyikannya. Sebagai jawabannya, Kinana sekaligus kehilangan semua kekayaan yang tersimpan.
*[Muslim selalu mendalilkan motif nabinya disini berperang melawan kafir Yahudi, tetapi lihatlah betapa kasat mata motif sejatinya adalah perampokan!!]
Muhammad kemudian memerintahkan untuk membawa Safiyah, istri Kinana, dan menyaksikan bagaimana suaminya diikat, dilepaskan bajunya, dan di capkan dengan besi kepada bagian-bagian tubuh Kinana yang sensitif. Safiyah didudukkan dipangkuan Muhammad, dipaksa untuk menonton suaminya disiksa. Setelah penyiksaannya, Muhammad memerintahkan agar Kinana dipenggal dengan pedang dimuka umum, kemudian meniduri istri korbannya!
Bila hal seperti itu terjadi pada nabi selain Muhammad, kaum muslim pasti akan mengutuki: “Nabi binatang!” atau “Setan alas!”. Pembaca dapat dengan leluasa membandingkan dan memeriksa semua perilaku para nabi satu persatu dan jawablah pertanyaan sederhana ini ; ”Bisakah perilaku seperti itu dianggap sebagai bagian dari perilaku nabi Tuhan yang sejati?”
Beberapa kaum muslim mungkin akan mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut adalah palsu terhadap rasul mereka. Saya menjawab, Saya berharap dari lubuk hati saya bahwa itu adalah tuduhan palsu, tetapi bukankah kebenaran selalu pahit?”. Saya mengetahui ini dari pengungkapan fakta-fakta yang diplintirkan, juga dari pengalaman pribadi, karena saya merasakan sendiri kepahitan yang sama dari ajaran dan tindakan-tindakan nabi dan tuhannya islam, saat saya menemukannya sendiri. Mengerikan, sangat mengerikan, untuk menghubungkan Tuhan yang Suci dan Murni dengan kejahatan dan tipu daya palsu, sementara Tuhan sejati sama sekali tidak bersalah atas ucapan dan tindakan-tindakan Muhammad.
Tipu daya Muhammad berhasil karena kebodohan orang Arab di zaman kebodohan. Bagaimana tipu daya ini bisa diterima oleh orang-orang terpelajar pada abad ke 21, dimana ilmu pengetahuan menyediakan begitu banyak fakta dan pencerahan?
Ikuti Muhammad dalam Perang atau Mati!!
Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa rajanya membayar upeti jika dia tidak memeluk islam, sang raja bertanya kepadanya ; “Bagaimanakah semua kaum Quraysh menjadi Muslim?” Al-Aas menjawab ;
“Kaum Quraysh mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan untuk memeluk Islam atau karena mereka takut sebab mereka dikalahkan dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa (yang bukan Muslim). Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan berlari di atasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan menyerangmu”.
Dengan kata lain, pilihannya hanya Islam atau mati. Ikuti Muhammad atau mati – sebuah pilihan perbudakan dan sebuah taktik teroris yang teramat keji, rancangan Muhammad utusan Alloh.

Mengenai ini Ibn Ishaq menulis:
“Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Walid kepada bin Al-Haris, untuk disampaikan kepada suku Najran, yang beragama Kristen dan berkata kepadanya ; Jika kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima; jika kamu bilang tidak, aku akan membunuhmu dengan pedang”.
Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Haris kepada utusan Alloh dengan patuh. Apa yang dikatakan utusan Alloh kepada orang-orang tersebut? “Jika kamu tidak memeluk islam, aku akan memenggal kepalamu di bawah kakimu!”
Teror dan mental terorisme tidak hanya didemonstrasikan dalam tindakan-tindakan Muhammad, tetapi juga dicatat sebagai pewahyuan dari Alloh-nya dalam Al-Qur’an, yang mendukungnya untuk menterormembunuh dan menumpahkan darah orang tidak berdosa.
Surah Al-Anfal 8:60 mengatakan
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggetarkan (teror) musuh Alloh, musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya.”
Surah 33:26 mengatakan”...dan Dia memasukkan rasa takut (teror) kedalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan

Kasih versus Teror
Dari uraian diatas, terror jelas-jelas diperintahkan Alloh, untuk ditanamkan ke dalam hati para musuh islam. Maka islam adalah tempat subur untuk menggunakan teror dan terorisme sebagai alat untuk menaklukkan keimanan seseorang.
Saya percaya, kebenaran sejati yang datang dari surga tidak membawa pedang, ataupun memerintahkan pertumpahan darah orang tidak berdosa. Surga menyatakan: “Kasihilah musuhmu”. Dia tidak mengatakan, “Jagallah musuhmu”. Surga mengatakan: “Berkatilah mereka yang mengutukmu”. Tidak mungkin Surga mengatakan: “Wahai nabi, kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”.
Surga yang mengampuni berkata demikian, “Tetapi Surga tidak akan menghasut dan menyombong”
Penyebaran islam setelah Muhammad juga dicapai dengan ujung pedang, seperti yang digambarkan dalam bendera mereka. Ibn Al-Asam Al-Garhami mengatakan di dalam bukunyaTales of Battles bahwa jumlah orang yang terbunuh dari awal panggilan kenabian Muhammad hingga kematiannya melebihi 30,000 jiwa. Dan mereka yang menemui ajalnya oleh pedang Islam dari awal pendirian Islam hingga 1250 Hijrah (sekitar tahun 1750 Masehi) mencapai sekitar sepuluh juta jiwa. Di Spanyol sendiri, kaum Muslim membunuh lebih dari 1.5 juta jiwa dari abad ke-8 Masehi hingga mereka diusir dari Spanyol pada tahun 1492.

Perang internal Muslim ; Pembunuhan Utsman bin Affan
*[Muhammad memberlakukan pedang dan menghalalkannya terhadap kafir. Ia mungkin tidak sadar akan firman Almasih Isa yang mengatakan sebaliknya, “Siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang” (Matius26:52). Pedang disini tentu “pedang” dalam arti luas tentang kebrutalan, pembunuhan, dan pertumpahan darah. Dan benarlah, ternyata pengembangan Islam yang mengandalkan pedang berbalik menjadi korban pedang itu juga di kalangannya. Kenapakah muslim tidak me-renunginya serta menganalisa dan memastikan sejarah intern islam itu sendiri?]
Kejadian yang paling tepat menggambarkan “pedang makan tuan” adalah fakta pembunuhan terhadap penerus-penerus Muhammad (yakni para Kalifah) dan pemimpin-pemimpin muslim oleh kalangan muslim itu sendiri. Salah satu diantaranya adalah terhadap Utsman bin Affan, Khalifah ketiga yang menyumbangkan 10,000 dinar kepada Muhammad, ketika dia pertama kali mulai menyebar-luaskan panggilan kenabiannya.
Al-Halabi menulis tentang dia:
“Utsman bin Affan datang dengan uang sepuluh ribu dinar dan meletakkannya di dalam tangan dan dada Muhammad. Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya, membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata, ‘Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak diketahui dan yang diketahui oleh umum, Wahai Utsman. Semoga Alloh memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok hingga hari pengangkatan. Tidak akan ada sesuatu apapun yang dilakukan Utsman yang akan melukai dirinya mulai hari ini”.

Penulis-penulis islam sendiri memberikan kita banyak penjelasan mengenai pembunuhan terhadap diri Utsman. Dua orang muslim yang berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir, datang ke hadapan Utsman ketika dia sedang membaca Al-Qur’annya Muhammad. Mereka berdua menyiksanya kemudian membunuhnya. Mereka juga menginjak jenggotnya dengan sepatu mereka – sebuah tanda penghinaan besar. (Jangan lupa bahwa Utsman adalah salah satu dari 10 pembawa kabar baik yang berkhotbah tentang surga. Dia juga adalah orang yang telah diberikan kepastian oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang, akan diampuni, setelah dia membayar 10.000 dinar.)

Ironisnya, dia dibunuh oleh seorang pembawa kabar baik lainnya, Ammar bin Yasir, yang berasal dari sebuah suku yang disiksa oleh kaum Quraysh karena Muhammad. Dengan demikian, seperti ucapan Muhammad, bukankah yang membunuh dan yang dibunuh sesama muslim akan masuk ke dalam api neraka? Apakah Utsman benar-benar pergi ke surga hanya karena sepuluh ribu dinar yang dia sumbangkan kepada Muhammad, karena ia memang dijanjikan surga? Apakah Ammar bin Yasir, salah satu dari pembawa kabar baik tentang surga – tetapi yang membunuh sesama orang muslim – pergi ke surga? Apakah kaum muslim memikirkan hal-hal ini? Apakah Utsman dan Ammar pergi ke surga atau ke neraka? Menurut Muhammad, mereka pergi ke surga. Tetapi juga menurut Muhammad mereka akan pergi ke neraka! Fakta tak terbantahkan adalah bahwa, Kalifah ketiga ini dibunuh oleh Ammar dan anak dari Khalifah pertama.

*[Muhammad sendiripun juga tidak luput dari hukum “pedang berbalas pedang”. Ia kena racun dari perempuan Yahudi yang ditawannya di Khaibar, dan Alloh tidak menghindarkan atau memunahkan racun itu dari padanya, seperti yang diakui oleh Anas bin Malik: ”Saya selalu mengetahui pengaruh racun itu dalam kerongkongan beliau (HS Bukhari 1220). Aisyah menyaksikan betapa Muhammad menderita, bukan hanya karena sakit keracunan makanan tersebut di saat-saat kritisnya, ”Hai Aisyah! Saya senantiasa merasa pedih oleh makanan (racun) yang saya makan di Khaibar. Itulah waktunya saya merasa tali jantung saya putus karena racun itu”.  

Tetapi harapan dan permohonannya untuk keselamatan dirinya di akhirat juga tidak menentu, karena ternyata sama sekali tidak ada tanda-tanda dijawab lagi oleh Jibril maupun oleh Alloh. Muhammad hanya bergumul sendirian dengan maut. Ketika seseorang siap-siap menghembuskan nafas terakhirnya, ia akan melepaskan segala atribut ke-egoannya dan dengan kata-kata terakhir ia mengakui dengan sepenuh kejujuran. Dan itulah yang juga terjadi pada diri Muhammad, yang berkata; “Wahai Tuhan! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi... lalu ia mengangkat tangannya sambil mengucapkan: “Teman Yang Maha Tinggi”, lantas wafat dan rebahlah tangan beliau”.(Hadist Sahih Bhukari ; 1570, 1573, 1574).

Tak bisa lain lagi, Muhammad harus dengan jujur meninggalkan dua kebenaran diujung napas terakhirnya ; (1). Bahwa ia adalah orang berdosa yang perlu diampuni dan hingga hari inipun seluruh pengikutnya diwajibkan mendoakan untuk keselamatannya. (2). Bahwa ada satu sosok baru yang disembunyikannya selama ini yaitu ; ”Teman Yang Maha Tinggi” yang akan mengadilinya di hari pengadilan akhir kelak!!]. Sadarlah, kawan...

2 comments:

  1. Bolehkah saudara memberikan keterangan di hadits apa kisah-kisah di atas tersebut ada ? Terima kasih

    ReplyDelete
  2. di mana alamat anda ? saya ingin bertemu langsung dengan Anda

    ReplyDelete

SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR