[Diperingatkan
dengan keras agar muslim jangan
membaca artikel ini karena isinya sungguh membuka aib ajaran yang selama
belasan abad dicoba untuk disembunyikan oleh para mubaligh, karena apa yang dipaparkan dalam artikel ini sangat tidak layak untuk dibaca
apalagi menjadi panutan muslim dan umat manapun di dunia ini. Artikel ini sebagian besar
saya kutip dari salah satu bab dari buku berjudul, “Jesus, Muhamad and I”
karangan seorang muslim yang telah tercerahkan/menjadi murtadin. Tentu saja
isinya telah saya sesuaikan dengan bahasa yang tidak terlalu vulgar agar dapat
diterima umum. Namun demikian, bila anda masih terbelenggu ajaran muslim dan
tetap nekat membacanya, maka segala
akibat kelak(bagi yang masih waras berpotensi akan murtad) maka bukan menjadi tanggung jawab saya_penulis]
Dalam artikel ini, akan dibahas
serangan dan pertempuran kaum muslim di bawah kepemimpinan Muhammad dan
penerus-penerusnya yakni para kalifah. Juga akan dibahas kekejaman tak terbatas
dari(Muhamad) orang yang sudah terlanjur digambarkan, dianggap dan diagungkan sebagai
orang yang pengampun dan pengasih ini....
Semua
tindakannya, sesungguhnya sedang mencerminkan sebuah inferioritas yang kronis _
kompleks yang dia alami semasa hidupnya _ sebagai akibat dari hidupnya yang
miskin hingga umur dua puluh lima tahun tanpa pendidikan. Untuk mengimbangi
masa lalunya kemudian dia memberikan dirinya kekayaan, kehormatan dan predikat
kenabian dengan cara yang aneh.
Sudah
sering kita dengar bersama seperti yang dikhotbahkan para mubaligh bahwa di
kota Medinah Muhammad berhasil melipat gandakan pengikutnya untuk mendukung
misinya. Tetapi anehnya, yang bahkan sama sekali tidak dikotbahkan dan
diajarkan para mubaligh adalah bahwa dia(Muhamad) sebenarnya sedang menghadapi
masalah yang sangat serius ; dari manakah dia akan mendapatkan uang yang ia butuhkan untuk
menghidupi anak buahnya?. Karena para pengikutnya umumnya
orang-orang yang bodoh tanpa pendidikan dan para penganggur yang tidak memiliki
pekerjaan lain apapun, maka dia tidak menemukan cara lain selain melakukan
serangan, penjarahan dan perampokan(atas nama Alloh) yang mengakibatkan
pembunuhan dan pertumpahan darah.
Empat
Serangan Pertama
Berdasarkan catatan sejarah,
karena logistiknya semakin menipis maka cara tercepat untuk segera mendapatkanya
adalah dengan “melakukan pembegalan” atas para pedagang yang melintas di
wilayah terdekat mereka. Pilihan pertama jatuh pada konvoi karavan dagang milik
kaum Quraysh dimana serangannya yang pertama ini dikenal dengan serangan Al-Iwa’,
yang mana dia dan para pengikutnya menyerang sebuah konvoi caravan unta, yang
dimiliki oleh beberapa kaum Quraysh.
*[Tidak ada satupun dari hakekat
serangan ini yang dapat dikaitkan kepada Alloh kecuali karena urusan perut
semata, namun tetap saja dikatakan sebagai “perang demi Alloh” atau demi
“membela Alloh”. Alloh yang ini nampaknya sudah dibajak namanya, persis seperti
yang dilakukan para teroris sampai hari ini].
Serangan ke empat dikenal
dengan Al-Nakhla, sebuah tempat diantara Mekah dan Taif. Abdullah
bin Jash, memimpin dua belas orang dalam sebuah serangan atas caravan yang
membawa kurma dan kain. Karavan itu dipimpin oleh Amr bin Al-Hadrami, yang
justru dibunuh pada Bulan Haram, bulan dimana kaum Islam sangat dilarang
untuk membunuh dan berkelahi. Tetapi demi untuk Muhammad, dia berdiri diatas semua
pelarangan. Maka lagi-lagi turunlah ayat dari mulutnya: “Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Alloh, kafir
kepada Alloh…lebih besar dosanya di sisi Alloh.”
Perlu diketahui bahwa, perjanjian
antara Muhammad dengan komplotannya adalah dia mendapatkan 20% dari hasil
penjarahannya, dan anak-buahnya mendapatkan 80%. Sebagai hasil dari
perampokan-perampokan, Muhammad dan anak-buahnya mendapatkan hasil permodalan
yang sangat besar. Dengan modal itu, mereka mendapatkan anak buah yang semakin
banyak lagi, dan melakukan pekerjaan berbagai penjarahan yang lebih besar lagi.
Akibatnya, Perang Badar terjadi pada hari Farkan di bulan
Ramadan.
Perang Badar
Siapa yang memulai
serangan dalam perang Badar?
*[Muslim selalu merasa
bahwa perang ini ”defensif ” untuk menghancurkan musuh-musuh (agresor) Islam
yang dituduh kelewat batas.]
Namun jawablah ini dulu ;
*[Karena bala bantuan
”milisi kafir” dari Mekah inilah, maka muslim mendalilkannya sebagai ”perang
militer” melawan musuh-musuh Alloh yang kafir, padahal itikad aslinya adalah
merampok sebuah karavan kaya dari si kafir Abu Sofyan, termasuk menawan
wanita-wanita cantik yang bisa dipakai semaunya untuk nafsu seks liar mereka.]
Seperti biasanya, “jibril”
membantu Muhammad dengan ayat yang diturunkan: “Kelak akan Aku jatuhkan rasa
ketakukan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala
mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”.
Kemudian Muhammad
mengambil 70 tawanan wanita. Abu Bakar menyarankan kepada Muhammad untuk
membebaskan mereka agar Alloh dapat membimbing mereka untuk beriman terhadap
kenabian Muhammad. Sa’d Ibn Mua’dh juga berkata sama. Tetapi Muhammad lebih mementingkan penjarahan dan kepentingan
pemuasan nafsu seks liar ketimbang pertobatan iman. Sisa tawanan yang tidak
dibunuh ditawarkan untuk dibebaskan atas tebusan (Surat Muhammad 47:4), dengan
akibat lanjut kaum Quraysh harus menjual rumah mereka demi menebus tawanan
tersebut dari tangan Muhammad.
Sa’d Ibn Mua’dh mengkritik
kekejaman yang dilakukan Muhammad. Namun Muhammad berkata kepadanya, “Kamu sepertinya membenci apa yang dilakukan para pengikutku”. Dia menjawab, “Ya. Membunuh tahanan bukan tradisi Rab”. Muhammad menjawab, “Tetapi mereka adalah kafir”. Dia(Sa’d bin Mua’dh) kemudian
berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu daripada membiarkan
orang-orang itu hidup”.
Muhammad pergi untuk membagikan
hasil rampasan perang diantara dirinya dan anak buahnya. Tetapi setelah hasil
rampasan dibagikan, dalam perjalanan pulang, Muhammad membunuh Al-Nadr
bin Al-Haris. Dan ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba
bin Abi Al-Mu’ait. Inilah kelicikan Muhammad terhadap orang-orang yang
telah membantunya. Namun seperti biasanya, Muhammad mengatasi masalah
kelicikannya ini dengan mendapat ”pertolongan” ayat Alloh yang diturunkan
kepadanya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang.
Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Alloh dan Rasul.”
*[Pembelajaran dari perang ini
menyangkut 3 aspek bagi setiap Muslim: (1). Adanya pelintiran makna terhadap
pemlintiran istilah, dari aslinya “perampokan” menjadi “perang militer yang gemilang menghancurkan orang kafir”. (2). Adanya metamorfosa “Jibril” yang selalu ngurusin pengecualian
dan penghalalan bagi Muhammad dari ketentuan-ketentuan Alloh yang baku. (3).
Adanya penyesatan oleh “Jibril” bahwa
setiap barang jarahan kafir adalah halal, namun tidak ada satu orang kafirpun
yang halal hidup diatas bumi, kecuali muslim saja, seperti yang didoakan
nabi Nuh versi islam: “Ya Tuhanku, janganlah
Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas
bumi.”
Perang Uhud
Tidak lama setelah perampokan
Badar, orang-orang Quraysh memutuskan untuk balas dendam atas serangan terhadap
Muhammad dan pengikut-pengikutnya, hal ini normal dan berlaku dimana-mana.
Segera ketika Abu Sofyan tiba di Mekah, dia membangun kekuatan untuk melawan
Muhammad dan komplotannya. Abu Sofyan dan pasukannya berangkat menuju Medina.
Mereka berkemah dekat Gunung Uhud, mempersiapkan diri untuk menyerang kota.
Muhammad diberitahu mengenai pasukan yang siap menggempur mereka.
Muhammad meyakinkan
pengikut-pengikutnya bahwa dengan nama Alloh dan malaikat-malaikat, kemenangan
akan memihaknya, “Aku akan meminta Allah dan malaikatNya untuk berperang bagi
kita.” Namun hal yang sangat kontras
kemudian yang terjadi, ketika perang dimulai, ternyata Muhamad dan pasukannya langsung
keok dikalahkan dan para pengikutnya lari terbirit-birit karena ketakutan. Muhammad mencoba untuk
memberikan penjelasan meyakinkan atas Perang Uhud yang sangat memalukan
tersebut. Pengikutnya memprotes ; Dimanakah tuhan dari Muhammad? Dimanakah
20.000 malaikat yang dijanjikan untuk berkelahi membela mereka? “Dimanakah mereka berada, Muhammad?”,demikian teriakan nyaring
Sa’d, yang terluka parah selama perang. Para petinggi pasukan muslim berkumpul
mengelilingi pemimpin mereka dan bertanya kepadanya ; “Abu Kasem(itulah nama yang digunakan sahabat-sahabatnya untuk
memanggil Muhamad) apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar (sekutu) tidak
akan mempercayai kita lagi”.
Muhammad meminta anak buahnya
waktu sejenak untuk mendapatkan sebuah jawaban. Dan “jibril” sudah siap. Namun
kali ini kaum Al-Ansar tidak akan bisa diyakinkan hanya dengan satu ayat,
sehingga enampuluh satu ayat diturunkan secara langsung sehingga
menjadi bagian dari sebuah Surat! Karena Al-Ansar bersungut mengenai apa yang
dilakukan Muhammad terhadap Al-Nadir, Surat 59 Al-Hashr(Pengusiran)
diturunkan untuk menghentikan semua pertikaian. Sepertinya tuhannya menjadi
begitu bermurah hati dengannya sehingga dia tidak hanya mengirimnya hanya satu ayat
seperti sebelumnya, tetapi sekarang sebuat surat penuh turun
untuk membenarkan tindakannya! Inilah model tuhannya Muhammad!
Affair
Muhammad berhubungan intim
dengan Aisyah, pada saat dia berumur sembilan tahun. Pada umur itu, seorang
gadis muda tidak sepenuhnya sadar mengenai apa yang terjadi pada dirinya secara
seksual. Disamping itu, dia tidak memiliki perasaan dewasa yang membedakan
antara seorang laki-laki dengan yang lainnya, dan ke arah mana perasaannya
ditujukan. Namun, ketika Aisyah bertambah umur, perasaannya juga bertambah
dewasa.
Lihatlah kejadian di
seputar pertumbuhan kedewasaannya.
Pertama, pada saat
penyerangan terhadap kaum Al-Miraysi, Muhammad agaknya tidak cukup sabar untuk
pulang ke rumah, hingga ia meminta Aisyah untuk menemaninya. Dengan kata lain,
ketika anak buahnya sedang menyerang, merampok dan mencuri, sang nabi sedang
berada dalam tendanya berasyik masyuk dan berhubungan intim dengan Aisyah.
Kedua, ketika sahabat-sahabat
Muhammad mengambil wanita suku Al-Mustaliq, mereka mempertontonkan
wanita-wanita tahanan. Diantara mereka adalah Juwairiyyah bint Al-Haris,
yang sangat cantik dan Muhammad ingin menikahinya. Tetapi karena dia merupakan
bagian rampasan perang dari Thabit bin Qais, Muhammad menawarkannya banyak
uang, untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Transaksi tersebut bahkan terjadi
saat Aisyah sedang bersamanya di dalam tendanya.
Apakah reaksi dari Aisyah? Aisyah
meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota, dan dia masuk ke
dalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia kembali bersama
Safwan bin Al-Mu’attal.
Tidak lama kemudian, Ali
melihat kejadian tidak senonoh dari Aisyah, sehingga dia mengatakannya kepada
nabi ; Kali ini, Muhammad memutuskan bahwa Aisyah harus dibunuh. Dia pergi
kepadanya dengan Ali, dan dengan pedangnya, siap untuk membunuhnya. Muhammad
memasuki rumah dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad keluar satu jam
kemudian, berkeringat dan keletihan. Ali bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, sepupu?” Muhammad menjawab, “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Alloh untuk membenarkannya lagi”.
Tetapi kali ini lain, ayat
tersebut menuduh Ali yang berbohong, dan mengatakan bahwa gosip tersebut
berasal dari “kelompok diantara kamu.”
Sejak hari itu, Ali
memusuhi Aisyah dan Aisyah memusuhi Ali, padahal mengenai Ali, Muhammad
mengatakan, “Dia adalah sepupuku dan
saudara yang menebus nyawaku. Dia adalah kebenaran, dia adalah Ali bin Abu
Talib”. Tetapi
tuhannya Muhammad kini berbalik dan menuduhnya berbohong kepada Ali, demi
menyelamatkan kisah Aisyah…
Surat Pewarisan
Sebuah pertanyaan klasik ;
Apakah semua yang tertulis diatas itu adalah perilaku dari seorang nabi yang diutus
Tuhan? Sangat jelas bahwa islam berkembang dilandasi dengan banyak darah
tertumpah. Dimulai dengan perampasan, pembunuhan, pencurian dan perampokan
karavan-karavan kaum Quraysh yang datang dari Damaskus ke Mekkah. Kemudian
berlanjut dengan menyerang kaum Yahudi, baik itu di Khaybar maupun di Medina,
dan kaum Nasrani di Medina dan Taif juga tidak luput dari pembantaian.
Pertikaian keluarga antara Muhammad dengan Ali menyebabkan
dihapusnya Surat Pewarisan, yang seyogyanya menurunkan kekalifahan kepada Ali
oleh Muhammad. Harap catat bahwa pendukung Ali(kaum Syiah) tetap mempertahankan
keberadaan Surat-Pewarisan
dan
membacakannya dari dalam Al-Qur’an mereka hingga kini. Ketika Kalifah ‘Utsman
mengumpulkan dan membakukan Al-Qur’an, dia menolak untuk memasukkan surat
tersebut dan menuntut untuk menghapuskannya. Tetapi
surat itu tetap masuk dalam salinan Ibn Mas’ud dari Al-Qur’an dan terdapat di
dalam Al-Quran yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Mereka berjumlah sekitar
40% dari semua total orang muslim. Hingga kini, Al-Quran yang dibaca oleh kaum
Syiah berjumlah 115 surat, sedangkan Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum Sunni
berjumlah 114 surat. Perbedaan ini menimbulkan sebuah pertikaian penting yang
terjadi setelah serangan Muraisa, dalam tahun kelima Hijrah.
Akar-akar Terorisme dalam
Al-Qur’an
Peristiwa seperti ini
mirip dengan perkawinan Muhammad dengan Juwairiyyah bint Al-Haris, yang terjadi
ketika nabi membunuh ayah dan suaminya yang ditawan, lalu mengawini sang istri.
Aisyah menjawab perilaku Muhammad ini dengan mengkhianatinya sebagaimana
dikutip di atas.
Kaum muslim hingga kini
mengikuti langkah-langkah Muhammad, sebagai pendiri Islam. Itu sebabnya, hari
ini kita menyaksikan para islamis di Mesir merampok gereja-gereja dan toko-toko
orang Kristen dan membunuh mereka tanpa perasaan. Di Aljazair, muslim fanatik
telah membunuh orang-orang tidak berdosa tanpa pertanyaan, muslim maupun non-muslim,
hanya karena merasa ada pihak-pihak yang menentang agenda politik dan agama islam.
Kenapa mereka harus ragu melakukan hal-hal ini jikalau nabi mereka membiarkan
dan memimpin aksi-aksi yang menjijikan ini? Aksi-aksi terorisme dan intimidasi
Muhammad telah didokumentasikan dalam biografi-biografi islamik yang terbaik
tentang sepak-terjang Muhammad (sebagai “pahlawan perjuangan”).
Orang-orang harus mengerti
bahwa Muhammad telah menjadi contoh bagi umat muslim di dunia Timur maupun
Barat.
Kisah Rihana bin Amro
Ketika tangan dan baju Muhammad
masih berlumuran dengan darah orang-orang Bani Quraiza,
Muhammad memerintahkan para tahanan wanita dipajang di hadapannya. Seperti
biasanya, Muhamamd memilih untuk dirinya wanita yang paling
cantik. Kali ini pilihannya jatuh pada seorang wanita yang suaminya dan ketiga
saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya telah diperintahkan untuk dipenggal
kepalanya di depan matanya. Nama wanita itu adalah Rihana binti Amro.
Muhammad berkata kepadanya, “Daripada menjadi budakku,
saya akan membebaskan kamu dan menikahimu”. Ia menjawab , “Lebih terhormat bagiku
untuk menjadi budakmu daripada menjadi istri seorang penjagal manusia”. Dia kemudian meludahinya
dengan harapan agar sang nabi besar itu akan memerintahkan dirinya untuk
dibunuh. Tetapi ternyata Muhammad tidak membunuh wanita cantik. Melainkan, dia
menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan intim dengannya
sementara kaki dan tangan wanita itu terikat.
Alloh seperti apa yang akan mengirim seorang nabi yang bajunya masih
berlumuran darah sembilan ratus orang lantas masih sempat-sempatnya mencari
kepuasan seksual dengan seorang wanita yang lebih memilih menjadi budak dan
kematian, daripada menjadi “istri dari seorang penjagal
manusia.”
Tentu saja kaum Yahudi
sejak itu mewarisi kebencian terhadap Muhammad dan para pengikutnya. Dan mereka
masih mengingat betapa banyak pembunuhan dan penyiksaan yang dia lakukan
terhadap nenek moyang mereka dari Bani Quraiza.
Sehingga
mestinya kita semua maklum bahwasanya terorisme hari ini bukan datang
tiba-tiba, bukan pula temuan metode baru! Muhammad telah memberi patron terbaik
untuk sebuah teror dan intimidasi dengan penutup jubah perjuangan demi agama
Alloh.
Kisah Fatimah bint Rabi’a
Fatima bint Rabi’a adalah
wanita dipakai sebagai contoh karena harkat dan martabatnya. Dia menolak untuk
mengakui Muhammad sebagai seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi
yang dianggap pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad
menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya tetapi
mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan anak perempuannya.
Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa, sebagaimana yang ditulis oleh
Al-Athir dalam buku-nya.
Setelah Muhamad selesai melakukan
perbuatannya yang najis(berhubungan intim) dengan budak tersebut, Muhammad kemudian
memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya untuk menuntaskan pembunuhan
terhadap Fatimah, walaupun banyak orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis ; “Muhammad memerintahkan Zayd bin
Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya
dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang
diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan
sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”
Sungguh diluar batas akal
sehat manusia dan betapa menjijikkan pembunuhan itu dihadapan peradapan umat
mausia manapun!! Alloh manakah yang dapat mengilhami seseorang untuk melakukan
hal tersebut sehingga tetap harus disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan
Maha Penyayang?”. Bagaimana muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan
kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?. Jangan
lupa bahwa kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan
sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan
nabi besar itu dari ajaran nabi lainnya apalagi bila dibandingkan dengan Almasih
Isa dari Nazaret, yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya
dan menyalibkan diriNya, dan yang justru malahan dibalas oleh Almasih Isa
dengan meminta pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.
Tambahan Kisah Safiyah bint Huyay
Kisah yang baru saja Anda
baca tidak berbeda dengan kisah Kinana bin Al-Rabi’a, yang menjadi tawanan
pasca serangan atas Yahudi di Khaibar. Muhammad bertanya mengenai letak
hartanya yang disembunyikannya. Sebagai jawabannya, Kinana sekaligus kehilangan
semua kekayaan yang tersimpan.
*[Muslim selalu
mendalilkan motif nabinya disini berperang melawan kafir Yahudi, tetapi
lihatlah betapa kasat mata motif sejatinya adalah perampokan!!]
Muhammad kemudian
memerintahkan untuk membawa Safiyah, istri Kinana, dan menyaksikan bagaimana
suaminya diikat, dilepaskan bajunya, dan di capkan dengan besi kepada
bagian-bagian tubuh Kinana yang sensitif. Safiyah didudukkan dipangkuan
Muhammad, dipaksa untuk menonton suaminya disiksa. Setelah penyiksaannya,
Muhammad memerintahkan agar Kinana dipenggal dengan pedang dimuka umum,
kemudian meniduri istri korbannya!
Bila hal seperti itu
terjadi pada nabi selain Muhammad, kaum muslim pasti akan mengutuki: “Nabi binatang!”
atau “Setan alas!”. Pembaca dapat dengan leluasa membandingkan dan memeriksa
semua perilaku para nabi satu persatu dan jawablah pertanyaan sederhana ini ; ”Bisakah perilaku seperti itu dianggap sebagai bagian dari perilaku nabi
Tuhan yang sejati?”
Beberapa kaum muslim mungkin akan
mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut adalah palsu terhadap rasul mereka.
Saya menjawab, “Saya berharap dari lubuk hati saya bahwa itu adalah tuduhan palsu,
tetapi bukankah kebenaran selalu pahit?”. Saya mengetahui ini dari
pengungkapan fakta-fakta yang diplintirkan, juga dari pengalaman pribadi,
karena saya merasakan sendiri kepahitan yang sama dari ajaran dan tindakan-tindakan
nabi dan tuhannya islam, saat saya menemukannya sendiri. Mengerikan, sangat mengerikan,
untuk menghubungkan Tuhan yang Suci dan Murni dengan kejahatan dan tipu daya
palsu, sementara Tuhan sejati sama sekali
tidak bersalah atas ucapan dan tindakan-tindakan Muhammad.
Tipu daya Muhammad
berhasil karena kebodohan orang Arab di zaman kebodohan. Bagaimana tipu daya
ini bisa diterima oleh orang-orang terpelajar pada abad ke 21, dimana ilmu
pengetahuan menyediakan begitu banyak fakta dan pencerahan?
Ikuti Muhammad dalam Perang atau Mati!!
Ketika Amr bin al-Aas tiba
di Yaman untuk memaksa rajanya membayar upeti jika dia tidak memeluk islam,
sang raja bertanya kepadanya ; “Bagaimanakah semua kaum
Quraysh menjadi Muslim?” Al-Aas menjawab ;
“Kaum Quraysh mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan
untuk memeluk Islam atau karena mereka takut sebab mereka dikalahkan dengan
pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa (yang bukan Muslim).
Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan berlari di atasmu dan
rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda
serta penunggangnya tidak akan menyerangmu”.
Dengan kata lain, pilihannya
hanya Islam atau mati. Ikuti Muhammad atau mati – sebuah pilihan
perbudakan dan sebuah taktik teroris yang teramat keji, rancangan Muhammad utusan
Alloh.
Mengenai ini Ibn Ishaq menulis:
“Utusan
Allah mengirim Khalid bin Al-Walid kepada bin Al-Haris, untuk disampaikan
kepada suku Najran, yang beragama Kristen dan berkata kepadanya ; Jika kamu
memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima; jika kamu bilang tidak,
aku akan membunuhmu dengan pedang”.
Suku tersebut mengirim
beberapa orang dari Al-Haris kepada utusan Alloh dengan patuh. Apa yang
dikatakan utusan Alloh kepada orang-orang tersebut? “Jika
kamu tidak memeluk islam, aku akan memenggal kepalamu di bawah kakimu!”
Teror dan mental terorisme tidak
hanya didemonstrasikan dalam tindakan-tindakan Muhammad, tetapi juga dicatat
sebagai pewahyuan dari Alloh-nya dalam Al-Qur’an, yang
mendukungnya untuk menteror, membunuh dan menumpahkan
darah orang tidak berdosa.
Surah Al-Anfal 8:60
mengatakan
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggetarkan
(teror) musuh Alloh, musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya.”
Surah 33:26 mengatakan, ”...dan Dia memasukkan rasa
takut (teror) kedalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebahagian yang lain
kamu tawan”
Kasih versus Teror
Dari uraian diatas, terror
jelas-jelas diperintahkan Alloh, untuk ditanamkan ke dalam hati para musuh islam.
Maka islam adalah tempat subur untuk menggunakan teror dan terorisme sebagai
alat untuk menaklukkan keimanan seseorang.
Saya percaya, kebenaran sejati
yang datang dari surga tidak membawa pedang, ataupun memerintahkan pertumpahan
darah orang tidak berdosa. Surga menyatakan: “Kasihilah musuhmu”. Dia tidak mengatakan, “Jagallah musuhmu”. Surga mengatakan: “Berkatilah mereka yang
mengutukmu”. Tidak mungkin Surga mengatakan: “Wahai nabi, kobarkanlah
semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar
di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan
jika ada seratus diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada
orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”.
Surga yang mengampuni
berkata demikian, “Tetapi Surga tidak akan
menghasut dan menyombong”
Penyebaran islam setelah Muhammad
juga dicapai dengan ujung pedang, seperti
yang digambarkan dalam bendera mereka. Ibn Al-Asam Al-Garhami mengatakan
di dalam bukunyaTales of Battles bahwa jumlah orang yang terbunuh
dari awal panggilan kenabian Muhammad hingga kematiannya melebihi
30,000 jiwa. Dan mereka yang menemui ajalnya oleh pedang Islam dari
awal pendirian Islam hingga 1250 Hijrah (sekitar tahun 1750 Masehi) mencapai
sekitar sepuluh juta jiwa. Di Spanyol sendiri, kaum Muslim
membunuh lebih dari 1.5 juta jiwa dari abad ke-8 Masehi hingga
mereka diusir dari Spanyol pada tahun 1492.
Perang internal Muslim ;
Pembunuhan Utsman bin Affan
*[Muhammad memberlakukan
pedang dan menghalalkannya terhadap kafir. Ia mungkin tidak sadar akan firman
Almasih Isa yang mengatakan sebaliknya, “Siapa
yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang” (Matius26:52). Pedang disini tentu
“pedang” dalam arti luas tentang kebrutalan, pembunuhan, dan pertumpahan darah.
Dan benarlah, ternyata pengembangan Islam yang mengandalkan pedang berbalik
menjadi korban pedang itu juga di kalangannya. Kenapakah muslim tidak
me-renunginya serta menganalisa dan memastikan sejarah intern islam itu
sendiri?]
Kejadian yang paling tepat
menggambarkan “pedang makan tuan” adalah fakta pembunuhan terhadap
penerus-penerus Muhammad (yakni para Kalifah) dan pemimpin-pemimpin muslim oleh
kalangan muslim itu sendiri. Salah satu diantaranya adalah terhadap Utsman bin
Affan, Khalifah ketiga yang menyumbangkan 10,000 dinar kepada Muhammad, ketika
dia pertama kali mulai menyebar-luaskan panggilan kenabiannya.
Al-Halabi menulis tentang
dia:
“Utsman
bin Affan datang dengan uang sepuluh ribu dinar dan meletakkannya di dalam
tangan dan dada Muhammad. Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya,
membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata,
‘Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak diketahui
dan yang diketahui oleh umum, Wahai Utsman. Semoga Alloh memberikan kepadamu
pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu
lakukan di hari esok hingga hari pengangkatan. Tidak akan ada sesuatu apapun yang dilakukan Utsman yang akan melukai
dirinya mulai hari ini”.
Penulis-penulis islam sendiri
memberikan kita banyak penjelasan mengenai pembunuhan terhadap diri Utsman. Dua
orang muslim yang berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir,
datang ke hadapan Utsman ketika dia sedang membaca Al-Qur’annya Muhammad.
Mereka berdua menyiksanya kemudian membunuhnya. Mereka juga menginjak jenggotnya dengan sepatu mereka –
sebuah tanda penghinaan besar. (Jangan lupa bahwa Utsman adalah salah satu dari
10 pembawa kabar baik yang berkhotbah tentang surga. Dia juga adalah orang yang telah diberikan kepastian oleh Muhammad
bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang, akan diampuni, setelah dia
membayar 10.000 dinar.)
Ironisnya, dia dibunuh oleh
seorang pembawa kabar baik lainnya, Ammar bin Yasir, yang
berasal dari sebuah suku yang disiksa oleh kaum Quraysh karena Muhammad. Dengan
demikian, seperti ucapan Muhammad, bukankah yang membunuh dan yang dibunuh sesama muslim akan masuk ke
dalam api neraka? Apakah Utsman
benar-benar pergi ke surga hanya karena
sepuluh ribu dinar yang dia sumbangkan kepada Muhammad, karena ia memang dijanjikan surga? Apakah Ammar bin Yasir,
salah satu dari pembawa kabar baik tentang surga – tetapi yang membunuh sesama
orang muslim – pergi ke surga? Apakah kaum muslim
memikirkan hal-hal ini? Apakah Utsman dan Ammar pergi ke surga atau ke neraka? Menurut
Muhammad, mereka pergi ke surga. Tetapi juga menurut Muhammad mereka akan pergi
ke neraka! Fakta tak terbantahkan adalah bahwa, Kalifah ketiga ini
dibunuh oleh Ammar dan anak dari Khalifah pertama.
*[Muhammad sendiripun juga tidak
luput dari hukum “pedang berbalas pedang”. Ia kena racun dari
perempuan Yahudi yang ditawannya di Khaibar, dan Alloh tidak menghindarkan atau
memunahkan racun itu dari padanya, seperti yang diakui oleh Anas bin Malik:
”Saya selalu mengetahui pengaruh racun itu dalam kerongkongan beliau (HS Bukhari
1220). Aisyah menyaksikan betapa Muhammad menderita, bukan hanya karena
sakit keracunan makanan tersebut di saat-saat kritisnya, ”Hai Aisyah!
Saya senantiasa merasa pedih oleh makanan (racun) yang saya makan di Khaibar.
Itulah waktunya saya merasa tali jantung saya putus karena racun itu”.
Tetapi
harapan dan permohonannya untuk keselamatan dirinya di akhirat juga tidak
menentu, karena ternyata sama sekali tidak ada tanda-tanda dijawab lagi oleh
Jibril maupun oleh Alloh. Muhammad hanya bergumul sendirian dengan maut. Ketika seseorang siap-siap menghembuskan nafas terakhirnya, ia
akan melepaskan segala atribut ke-egoannya dan dengan kata-kata terakhir ia
mengakui dengan sepenuh kejujuran. Dan itulah yang juga terjadi pada diri
Muhammad, yang berkata; “Wahai Tuhan! Ampunilah saya!
Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi... lalu ia mengangkat
tangannya sambil mengucapkan: “Teman Yang Maha Tinggi”, lantas wafat dan rebahlah tangan beliau”.(Hadist Sahih Bhukari ; 1570,
1573, 1574).
Tak bisa lain lagi, Muhammad harus
dengan jujur meninggalkan dua kebenaran diujung napas terakhirnya ; (1). Bahwa ia adalah orang berdosa yang perlu diampuni dan hingga hari inipun
seluruh pengikutnya diwajibkan mendoakan untuk keselamatannya. (2). Bahwa ada satu sosok baru yang disembunyikannya selama ini yaitu ; ”Teman Yang Maha Tinggi” yang akan mengadilinya di hari
pengadilan akhir kelak!!]. Sadarlah, kawan...
Bolehkah saudara memberikan keterangan di hadits apa kisah-kisah di atas tersebut ada ? Terima kasih
ReplyDeletedi mana alamat anda ? saya ingin bertemu langsung dengan Anda
ReplyDelete