[Artikel ini berjudul asli ; "Musibah Besar! Muslimah Murtad Supaya Dinikahi Pemuda Kafir", oleh Badrul Tamam, yang saya kutip dari sebuah alamat web yang tanpa saya sensor sama sekali, silahkan pembaca mengartikan maknanya....
Namun hingga sekarangpun saya masih sulit memahami akan ajaran ini, karena saya masih sulit membedakanya antara ; apakah ajaran ini benar-benar merupakan sebuah ajaran agama atau ajaran sebuah geng narkoba atau ajaran sebuah kelompok mafia, karena selalu mengancam akan membunuh siapapun yang kedapatan keluar dari kelompoknya. Terus terang hingga saat ini saya masih belum menemukan bedanya... silahkan melanjutkan membacanya.]
.....Musibah
buruk lagi besar menimpa keluarga Haji Anshori. Musibah besar yang lebih
dahsyat daripada kecelakaan, gempa bumi, angin tornado atau sunami. Musibah
yang jauh lebih menyedihkan daripada kematian, cacat, atau kemiskinan. Di mana
keluarga haji tersebut harus putus perwalian, wala', dan loyalitas dari
anak perempuannya. Puncakanya pada Jum'at, 18 Juni 2010 yang lalu, saat mereka
harus menyaksikan pernikahan anak perempuannya yang berganti agama. Melissa
Ariani memilih murtad (pindah agama) demi bisa menikah dengan kekasihnya Choky
Sitohang, seorang presenter non-muslim yang sedang naik daun. Padahal dalam
timbangan Islam, murtad adalah perkara yang sangat dibenci. Bahkan sangsinya di
dunia dan akhirat sangat berat.
Murtad
berarti meninggalkan agama Islam secara total dan berpindah kepada agama lain
seperti Kristen, Yahudi, Buda, Hindu, dan lainnya dengan sengaja tanpa dipaksa.
Murtad (keluar dari Islam) akan membatalkan iman seorang muslim, sebagaimana
hadats yang menyebabkan batalnya wudlu'. Sedangkan mati di atas kemurtadan
menghapuskan seluruh amal shalih.
Allah
Ta'ala menjelaskan tentang nasib orang murtad di dunia dan akhirat,
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Barang
siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217) Di
sini, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa mati di atas kemurtadan menghapuskan
seluruh amal shalih di dunia dan akhirat, serta mengakibatkan kekal di dalam
Neraka.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ
"Sesungguhnya
orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali
tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat."
(QS. Ali Imran: 90) Siapa yang kafir setelah sebelumnya beriman dan
terus-terusan kafir dan tidak mau bertaubat sampai datang kematian, maka
sekali-kali Allah tidak akan menerima taubatnya ketika ajal menjemputnya.
Orang yang
murtad (menjadi kafir) atas pilihannya dan tanpa paksaan, pasti tertimpa murka
dari Allah dan wajib kekal di neraka dengan adzab yang pedih. Allah Ta'ala
berfirman,
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Barang
siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan
Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam
beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar."
(QS. Al-Nahl: 106)
Pada ayat
sesudahnya, Allah menjelaskan tentang alasan harus ditimpa adzab yang pedih,
"Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai
kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati,
pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah
orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah
orang-orang yang merugi." (QS. Al-Nahl: 107-109)
Murtad
(keluar dari Islam) akan membatalkan iman seorang muslim, sebagaimana hadats
yang menyebabkan batalnya wudlu'.
Sedangkan
dalam hukum Islam, orang murtad wajib dihukum mati dengan pedang setelah
sebelumnya diberi kesempatan taubah selama tiga hari. Jika tetap tidak mau maka
hukuman pancung harus dilaksanakan atasnya. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ
"Siapa
yang merubah agamanya, maka bunuhlah." (HR. Bukhari)
لَا يَحِلُّ دَمُ اِمْرِئٍ مُسْلِمٍ; يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَأَنِّي رَسُولُ اَللَّهِ, إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ: اَلثَّيِّبُ اَلزَّانِي, وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ, وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ; اَلْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
"Tidak
halal darah seorang muslim yang bersaksi tiada Ilah kecuali Allah dan aku
sebagai utusan Allah kecuali karena satu dari tiga hal: Pembunuhan dibalas
bunuh (qishash), duda (dan janda) yang berzina, dan orang yang meningalkan
agamanya, memisahkan diri dari jama'ah." (Muttafaq 'alaih)
Maka siapa
yang menjadi kafir setelah sebelumnya beriman, terus-menerus dalam kekafirannya
dan tidak mau bertaubat, maka darahnya tidak lagi dilindungi yang berarti dia
telah menghancurkan dunia dan akhiratnya.
Dalam hukum
Islam, orang murtad wajib dihukum mati dengan pedang setelah sebelumnya diberi
kesempatan taubah selama tiga hari. Jika tetap tidak mau maka hukuman pancung
harus dilaksanakan atasnya.
Berharganya
Nikmat Iman
Sesungguhnya
nikmat Allah jumlahnya sangat banyak, tidak mampu dihitung. Di antara nikmat
terbesar yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya adalah nikmat iman. Dengan
iman, kita akan mendapatkan keridlaan Allah 'Azza wa Jalla, bisa
masuk surga dan selamat dari neraka. Dan ini merupakan pokok dari keberuntungan
hidup.
Allah Ta'ala berfirman,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia
telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)
Sebaliknya
tanpa iman sebaik apapun amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah. Bahkan
kalau seseorang sebelumnya beriman, lalu berganti predikat dengan dengan
musyrik dan kafir, seluruh amal ketaatan yang telah dilakukan akan terhapus.
Apabila meninggal di atasnya akan menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya.
Allah
Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
"Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya
(ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya."
(QS. Al Nuur: 39)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ
عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqaan: 23)
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ
وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat
laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka
diberi tangguh." (QS. Al-Baqarah: 161-162)
Tanpa iman
sebaik apapun amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah.
Dari
Aisyah radliyallahu 'anha berkata: "Aku bertanya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya Rasulallah, Ibnu
Jud'aan sewaktu Jahiliyah telah menyambung silaturahim dan memberi makan orang
miskin, apakah hal itu bermanfaat baginya?" Beliau shallallahu
'alaihi wasallam menjawab, "Tidak bermanfaat baginya karena tak
pernah sehari pun dia berucap, "Ya Allah Tuhanku, ampunilah dosa
kesalahanku pada hari pembalasan." (HR. Muslim)
Imam an
Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan makna hadits ini,
bahwa apa yang telah dikerjakannya berupa menyambung silaturahim, memberi
makan, dan berbagai kemuliaan lainnya tidak memberikan manfaat baginya di
akhirat, dikarenakan dia seorang kafir."
bahwa apa
yang telah dikerjakannya berupa menyambung silaturahim, memberi makan, dan
berbagai kemuliaan lainnya tidak memberikan manfaat baginya di akhirat,
dikarenakan dia seorang kafir.
Oleh
karena itu, musibah dunia seberapa berat dan dahsyatnya, tidaklah lebih besar
dibandingkan dengan musibah yang menimpa dien dan iman karena akan menyebabkan
kerugian besar di dunia dan akhirat.
Dalam sebuah
doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang
panjang, beliau memberitahukan bahwa musibah terbesar adalah musibah yang
menimpa dien dan iman, karenanya dianjurkan untuk berlindung dari tertimpa
musibah ini.
. . . . وَلَا
تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا . . .
".
. . Jangan Engkau jadikan musibah kami menimpa dien kami . . ."
(HR. Tirmidzi dan Al-Hakim. Syaik Al-Albani menghasnakan hadits ini dalam
Shahih al-Jaami')
[selamat merenungkan diri...]
wah ternyara RASULULLAAH benar dien(agama) dan iman mendapat musibah berupa goncangan2 dari orang2 kafir:
ReplyDelete