[Artikel ini merupakan episode kedua dari 3(tiga) episode karena terlalu
panjang, hendaknya pembaca membaca secara berurutan agar mendapatkan manfaat.
Ada beberapa fakta unik yang akan anda temukan disini bila dibandingkan dengan
kisah arus utama yang selama ini diajarkan kepada umat muslim perihal Muhamad]
Alkisah, Khadijah sebenarnya adalah
seorang wanita yang pesolek. Berkali-kali ia telah menolak lamaran dari banyak
orang Quraysh yang kaya dan terkenal namun menolaknya, namun tentu saja tetap
sulit mencari penjelasan bahwa seorang wanita yang begitu sukses dan berpikiran
sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan
aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri sang janda ini...
Bagi Muhamad, menikah dengan Khadijah
merupakan untung besar, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak
didapatkannya sejak kecil serta jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu susah-susah
bekerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluannya, dan
merasa bahagia dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi berondong Muhammad!
Perkawinan antara Muhammad-Khadijah ini
mesti mendapat perhatian khusus karena semua ini merupakan sebuah “batu
loncatan” bagi calon (nabi) ini, apalagi bila melihat kenyataan pada posisi
yang dipegang wanita yang menjalankan bisnisnya tersebut. Sebenarnya pada masa
itu bukan hanya Khadijah saja, namun diketika itu sudah berlaku umum bahwa wanita-wanita
lain dijaman sebelum islam juga berperan penting dalam urusan-urusan dagang dan
urusan lain di Mekah disisi para lelaki. Bahkan para wanita juga berpartisipasi
dalam perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki-laki!!.
Dari fakta sejarah diatas menunjukkan
betapa luas kebebasan wanita Arab jauh sebelum munculnya islam sehingga hal ini
mementahkan klaim para sarjana muslim yang menyatakan bahwa islamlah yang
memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita.
Kenyataannya ini jelas bertentangan dengan fakta diatas!.
Yang benar adalah bahwa islam telah
merampas kebebasan wanita sebelumnya dan membuat mereka menjadi budak dibawah
tindakan dan keinginan nafsu laki-laki.
Posisi dan perana Waraqah ibn Nawfal juga
sangat besar dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk
agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih menjadi penganut Nosrania(sebuah
sekte sesat Kristen yang tidak mengakui penyaliban Almasih Isa), baca Ibn
Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203. Jadi ia mengikuti monotheisme Musa dan Almasih
Isa, yaitu didasarkan Taurat dan Injil walaupun tidak sepenuhnya. Bahkan Quran
berkali-kali mencatat menyebut para pengikut monotheis Musa dan Almasih Isa ini
; "Hai
Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan
ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu", (QS 5:68)
[Nosrania/Nestorian adalah
sebuah sekte sesat yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang
menolak ke-ilahian Almasih Isa adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng
dari kepercayaan Kristen Ortodoks. Almasih Isa baginya hanyalah seorang nabi,
yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Almasih Isa di tiang
salib dan kebangkitan-Nya seperti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum
ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang
dinamakanEbionisme. Inilah yang menjadi penyebab Muhammad didalam Quran
menyebut orang Kristen sebagai Nasrani yaitu para pengikut Nosrania/ Nestorian].
Bukti sejarah menunjukkan bahwa dalam
areal Hijaz Arab terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania, bahkan
beberapa anggota dari suku Quraysh. Bukti terkuat dan paling terang adalah
putera Qussayy, Abdul Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis ; “Diantara warga
Arab yang memeluk Nosrania adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera
Abdul Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad”. (baca Al-Yaqubi, Tarikh,
Vol 1, hl 257)
Sejarawan ini juga mencatat kepercayaan
non-Kristen Mekah.
“… Arab dibagi atas 2(dua) kelompok:
al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang tidak peduli). Kelompok Quraysh termasuk
kelompok yang pertama (hl 256). Dan tentang praktek agama mereka, Al Yaqubi
menjelaskan ; ‘Mereka percaya pada nabi Ibrahim (Al-Hanif), mengadakan hijrah,
menghormati bulan suci … menghukum tindak kriminal. Mereka selalu berlaku seakan
mereka tuan rumah di tempat ini”. (hal 254)
Ada juga sejarawan lain yang sempat
mencatatnya yakni Al-Azraqi yang mempelajari bukti-bukti tentang adanya gereja-gereja
Nosrania. Nampaknya, dan sangat mungkin bahwa entah karena ketidak tahuannya,
Muhamad sudah terlanjur menganggap bahwa semua pengikut Almasih Isa sebagai
sekte Nosrania ini...sehingga apa yang ditulis di Quran persis dengan apa yang
dianut kaum Nosrania.
Bukti arkeologis menunjukkan ; “Mereka
memasang di Kabah gambar-gambar para nabi, pohon-pohon dan malaikat. Anda bisa
melihat gambar Ibrahim, Almasih Isa dan para malaikat di Kaabah. Namun setelah
penaklukan Makkah tahun 632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah
itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta
selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk
menghilangkan semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar-gambar
Almasih Isa dan mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar-gambar dibawah
tangan saya”, anda dapat membacanya di Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165.
Konon, Al Isfahani seorang sejarawan Arab
merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’, yakni jabatan bagi orang suci/pendeta
Kristen. Ia mencatat, “Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak
penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku-buku
suci dan tidak memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah
adalah salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu –
daging hewan yang dicekik dan darah hewan”, silahkan temukan ini di Tabaqat, hl
162.
Waraqah juga dianggap ahli tafsir kitab
suci, juga guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia mampu menjelaskan
isi kitab-kitab suci, ajaran yang dianutnya(yang sesat) dan mempraktekkan
kewajibannya.
Beberapa catatan yang dapat membuktikan
bahwa Waraqah berusaha menterjemahkan Kitab Injil ;
‘Pendeta
Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan
Tuhan’, silahkan temuka dan dibaca di Sahih Bukhari 1:3.
‘Pendeta
Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang
diinginkan Tuhan’, tercatat dalam Sahih Muslim 301.
‘Waraqah
mengganti agamanya kepada Nosrania pada jaman jahilyah. Ia menulis buku Ibrani
apa yang ia ingin tulis’, yang ini tercatat dalam Abu al Faraj al Isfahani,
‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114.
Ternyata Quran tidak pernah merujuk pada
Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal satu Injil, yaitu Injil
Ibrani(Injil Matius), satu-satunya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam
bahasa Arab, yakni yang digunakan kaum Ebionis/Nosrania.
Sebagai pemimpin Gereja sesat Nosrania di
Mekah, ia harus menjelaskan “Injil” kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak
tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan
Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu
muridnya adalah Muhamad bin Abdullah sepupunya sendiri, suami
Khadijah yang meninggal.
Waraqah yang menikahkan Muhammad dengan janda
Khadijah, juga mengajarkannya berdoa dan
semedi di goa Hira, bahkan dialah yang mengumumkan ramalannya tentang Muhammad
kepada publik di Mekah. Dan tidakkah anda perlu “menaruh curiga” mengapa
setelah kematian Waraqah, Bukhari mencatat demikian,”...persediaan wahyu bagi
Muhamad telah mengering!”, silahkan baca ini dalam Hadist Sahih Bukhari 1:3,
60:478.
Lantas apa komentar Muhammad sendiri tentang
Waraqah?
“Saya melihatnya di pusat surga. Ia mengenakan kain
putih!”, bukankah ini berarti secara sah dan meyakinkan bahwa
bahkan aliran sesat Nosrania-pun berada di pusat sorga!! dan bukannya islam!!
Untuk mendukung apa yang saya tulis diatas
cobalah verifikasi ini, bahkan Waraqah meninggal bukan sebagai muslim ;
Ibn al Abbas ; “Ia mati sesuai dengan
kepercayaan Nazareth-nya”
Ibn al Yaouzi ; “Ia mati dan dikubur di al
Houjoun. Ia bukan muslim”
(Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)
Adapun Al Houjoun adalah kuburan para pemuja
satu Tuhan (Al-Hanif) dari suku Quraysh. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan
orang tuanya juga dikubur disana. Yang agak aneh adalah para penulis sirah
Rasul yang bahkan tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali
asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah, padahal
Quran sendiri yang menegaskan eksistensinya. Bahkan, kebanyakan ajaran Quran
tidak bisa dimengerti jika saja ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, akan sangat
sulit untuk mengerti sejarah nabi-nabi Perjanjian Lama atau ajaran taurat dan
Injil, seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam
kerangka dasarnya.
Kisah Johanes Pembaptis putera Zakariah,
pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Almasih Isa, mujizat-mujizat
Almasih Isa serta pesan-pesannya dalam Injil.
Al Qiss Waraqah sebagai salah satu
diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya
dalam perkawinan itu ketika ia menyatakan ; “...kami para pemimpin dan ketua warga
Arab…”. Saudara-saudara Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan
masyarakat sekte sesat Nosrania.
Kenyataan bahwa Muhamad tidak berpoligami
ketika Khadijah dan Waraqah masih hidup, membuktikan bahwa Waraqah-lah yang
mensahkan kontrak perkawinan ini. sebagai ulama yang utama, yang atas nama
Tuhan menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang
dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis.
Abu Talib, sang paman menyatakan, “Saya
bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan
mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya...”. pertanyaan besar
disini adalah ; bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya
itu? Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan
seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan
menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Sadarlah dan coba renungkan
baik-baik, dari apa yang dipaparkan di atas bahwa tanpa Waraqah dan Khadijah, maka
Muhammad tidak akan berarti apa-apa”.
Lebih lanjut Waraqah mengajarkan segala
pengalamannya kepada Muhammad guna persiapan masa depan. Ini terbukti dengan isolasi
terhadap Muhamad ke Bukit Hira untuk mengasah kemampuannya bersemedi, dan kakeknya
sendiripun juga sering bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Setiap setahun
dalam sebulan waktunya dihabiskan untuk
semedi disana, yakni selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dan di dalam
goa Khalwah inilah, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhammad.
Cobalah untuk merenungkan apa yang dicatat
ibu angkat Muhammad, Halimah ; “Dalam masa pertumbuhannya, Muhammad kadang
keluar dengan teman-temanya. Begitu mereka mulai bermain, ia meninggalkannya
dan pergi ke tempat terkucil. Bagi Muhammad, pengalaman ini membebaskan jiwanya
dari keramaian dunia dan memilih kehidupan yang dekat dengan Tuhan… tidak ada
yang lebih penting baginya ketimbang menyendiri dan bersemedi pada Tuhan. Ia
biasanya pergi ke Bukit Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam hari”.
Tentu saja semua ini dibimbing orang yang
berpengalaman, diantaranya kakeknya sendiri, Abdul Muttalib dan Waraqah.
Bandingkan dengan apa yang ditulis oleh Ibn Hisham yang mencatat pernyataan al
Yaqubi tentang goa Khalwah; “Rasulullah memasuki bukit Hira selama satu bulan
sekali setahun begitu juga anggota-anggota Quraysh lainnya”. Penulis lainnya
menyebutkan ; “Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali ke Kaabah,
memutarinya sebanyak ‘tujuh kali’ lantas berjalan pulang”.
Sirah yang sama mengatakan ; “Muhammad
mempraktekkan puasa seperti Musa dan Elijah di Bukit Horeb (Exodus 3:1) di
gurun-gurun di Palestina.
Dan ternyata praktek puasa bulan “Ramadhan”
juga merupakan tradisi pra-islam, yang merupakan bulan puasa dan doa-doa
khusus. Hal ini diperkuat dengan apa
yang dicatat dalam Quran, “Wahai kalian yang beriman! puasa ditentukan bagimu ‘seperti
yang diperintahkan’ kepada mereka yang datang sebelum kamu”, temukan ini dalam
QS 2:183. [bersambung
ke episode ke 3]
Hahaha,,,banyak komen yg penjelasan tapi di hapus,, suee.
ReplyDelete