[artikel
ini berjudul asli, “Rahasia Besar Dibalik Tsunami Aceh 2004”, yang saya copy dari alamat web lain yang berkisah ‘tentang kejadian yang tak pernah diceritakan ke publik’ semata karena rasa “solidaritas/tepo sliro” dan rasa
belas kasihan kepada para korban dan keluarganya yang masih hidup akibat
kehebatan “Tangan Tuhan”
ketika sedang membela umat-Nya dari tindakan anarki para “penegak syariah”.
Ketika
Nabi Musa memimpin umatnya Yahudi agar dapat keluar dari perbudakan Fir’aun di Mesir,
Tuhan menurunkan secara beruntun 10 tulah yang berakhir sungguh memilukan dimana semua anak sulung seluruh keluarga bangsa Mesir mati !!, maka khusus untuk di
Aceh, Tuhan meringkasnya dengan “hanya” menurunkan satu tulah saja secara
langsung berupa bencana maha besar yang meluluh lantakkan apa saja yang
ada mirip yang Tuhan turunkan pada zaman Nabi Nuh....namun walaupun telah diturunkan satu tulah sehebat itupun ternyata semua
itu tetap tidak mengubah apapun di sana.....hingga kinipun umat Tuhan di Aceh masih
tetap dipinggirkan dan hidup penuh ketakutan dalam tekanan mayoritas...]
Berikut
ini adalah petikan kisahnya setelah beberapa kata atau kalimat yang terlalu
vulgar kami sengaja edit dengan yang lebih halus agar dapat diterima umum ;
“Salam sejahtera dalam kasih Yesus...
Bencana Raya Tsunami Aceh 2004 sudah lama
berlalu, tapi tak seorangpun yang akan pernah melupakannya. Prahara itu setara
dahsyatnya dengan Bom Hiroshima dalam catatan sejarah bumi ini. Sampai kapanpun
orang tidak akan pernah lupa pada Tsunami Aceh, dan seluruh umat manusia,
keturunan demi keturunan, akan terus mengenangnya. Orang akan tetap
mengingatnya sebagai bencana alam terbesar sepanjang zaman modern....
Tak seorangpun yang akan lupa betapa
stasiun-stasiun TV menayangkan secara langsung berupa video-video yang begitu mengerikan
; mayat-mayat
manusia bergeletakan bertumpuk mengenaskan di jalan-jalan, di trotoar, di
lapangan, di selokan-selokan, di genteng, bahkan bertumpukan dengan bangkai
sapi atau kerbau, tergantung di tiang listrik, kawat jemuran, di atas pohon dan
tempat-tempat lain. Para reporter melaporkan langsung
dengan berdiri di sekitar tumpukan mayat berserakan penuh lalat bagai tumpukan
ikan di pasar..... Tapi
adakah yang tahu rahasia besar di balik peristiwa dahsyat itu?
Barangkali sekaranglah saatnya rahasia itu diungkapkan secara luas, agar menjadi peringatan besar bagi dunia,
sama seperti ketika zaman Bahtera Nuh menjadi penyelamat umat Tuhan sebagai peringatan
akan murka Allah atas manusia di zaman itu.
Berikut ini kisah yang disalin dari sebuah catatan harian tahun 2005 ;
“Tadi pagi saya mendengar cerita yang
menggetarkan dari tante saya. Beliau adik perempuan ibu saya, yang baru tiba
dari Pekan Baru-Riau pada beberapa hari lalu untuk menjenguk anaknya yang
sekolah disini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya merinding
mendengarnya dan menulisnya disini. Beliau bercerita tentang sebuah peristiwa
yang luput dari pers, yang menjadi awal dari bencana besar Tsunami Aceh 2004
lalu.
Tanggal 24 Desember 2004, sekelompok jemaat dari sebuah gereja berjumlah sekira
400 jiwa di Meulaboh-Aceh, sedang berkumpul di gedung gereja untuk persiapan
Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa berwajah beringas. Mereka
adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur pemerintah serta polisi syariah.
Massa ini dengan marah mengultimatum orang-orang kristiani itu untuk tidak
merayakan Natal. Tetapi pendeta dan jemaat gereja itu mencoba membela diri,
“Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami. Kami tidak
berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan menyembah Tuhan
kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu siapapun”.
Tetapi massa itu sama sekali tidak menggubris, “Sekali tidak boleh, ya
tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir tidak boleh mengotori
kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian, tidak satupun yang akan membela
kalian, kalian tahu itu!!”. Tetapi
orang-orang kristen itu tetap berusaha membujuk massa itu. Lalu massa dalam jumlah besar itu
memutuskan, “Kalian
tidak boleh merayakan Natal di dalam kota. Kalau kalian merayakannya disini,
kalian akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan
Natal, kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!”. Setelah mengultimatum demikian, massa
itupun pergi. Lalu pendeta dan jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang
apakah sebaiknya membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatal
disana. Akhirnya mereka memilih pilihan kedua. Lalu berangkatlah mereka ke
hutan, di daerah pegunungan.
Di
suatu tempat mereka mulai membersihkan rumput dan belukar, mengikatkan
terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap peneduh, lalu mulai menggelar
tikar. Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat gereja itu berbondong-bondong ke
hutan untuk merayakan Natal. Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali. Mereka
menangis meraung-raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya. Sebagian besar
mereka memutuskan menginap di hutan malam itu. Lalu pagi-pagi buta sekali,
ketika hari masih gelap, istri sang pendeta terbangun dari tidur.
Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam mimpinya itu
Yesus datang kepadanya, menghiburnya, “Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis
lagi. Bukan kalian yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang
mengusir Aku dan namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang
menyala-nyala. Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang
tertinggal disana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul negeri ini dengan tanganKu!”.
Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. Sebagian orang menganggap itu mimpi
biasa, menenangkan bu pendeta, “...sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah
mimpi itu muncul karena ibu terlalu sedih”. Tetapi sebagian lagi percaya atau
agak percaya bahwa mimpi itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka
memutuskan mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu.
Akhirnya
beberapa orang ditugaskan ke kota di pagi buta itu sekalian untuk memanggil
keluarga-keluarga jemaat yang tak ikut bernatal di hutan. Pagi hari sekira
pukul 7-8, sesaat setelah semua jemaat dan sanak keluarganya telah berada
kembali di pegunungan, mereka dikejutkan oleh goncangan gempa yang dahsyat hingga
terasa menggoyang bumi tempat mereka berpijak.... lantas....terdengarlah dengan
begitu nyaring erangan jeritan pilu bersahut-sahutan seluruh penduduk kota diantara
gemuruh air bah yang ternyata berasal dari pantai hingga setinggi pohon yang menghanyutkan
apapun yang dilewatinya tanpa kecuali hingga meluluh lantakkan seluruh penjuru
kota beserta isinya.....ternyata Tuhan telah memukul negeri itu dengan
Tangan-Nya yang dahsyat....sehingga bencana susul-menyusul berupa tsunami dahsyat
itupun terjadilah.....
Begitulah intisari cerita tante saya itu. Saya termangu-mangu, teringat pada peristiwa
kebinasaan kota Sodom dan Gomorah dimana Tuhan juga menyuruh semua orang
percaya (keluarga Lot) keluar dari kota itu sebelum bencana itu terjadi. Lalu saya tanya beliau dari mana tahu
cerita itu. Tante saya mengatakan bahwa pendeta gereja yang selamat itu telah
pergi kemana-mana, mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di
seluruh Indonesia, termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru.
Saya tidak tahu kebenaran cerita tante saya itu, sebab dialah orang
satu-satunya yang pernah bercerita begitu pada saya.
Itulah sebabnya saya tulis dulu di buku harian ini supaya saya tidak lupa
dan supaya bila kelak saya telah mendengar cerita yang sama dari orang lain,
barulah saya akan percaya dan akan saya ceritakan kepada sebanyak-banyaknya
orang”. Saudara dalam Yesus, beberapa waktu lalu, saya teringat pada catatan
itu lalu terpikir untuk surfing di internet ini, apakah ada orang lain yang
mendengar kesaksian yang sama, karena jika ada, berarti tante saya itu tidak
membual pada saya, dan berarti peristiwa itu benar terjadi. Lalu apa yang saya
temukan? Saya BENAR-BENAR menemukannya setelah dengan susah payah membuka-buka
banyak situs. Salah satunya saya temukan di pedalaman salib.net. Itulah sebabnya catatan harian itu saya
publikasikan di blog ini untuk saudara publikasikan lebih luas lagi ke seluruh
dunia. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah
satu-satunya Tuhan dan Ia sungguh-sungguh HIDUP! Haleluyah!!”
Sampai disini artikel hasil kutipan saya
ini diakhiri, apakah anda punya komentar? Silahkan menulisnya asal dengan
bahasa yang baik tanpa caci maki atau akan langsung dihapus, terimakasih.
saat ini tepat 24 Desember 2014 jadi sudah terlewat 10 tahun Bencana Tsunami Aceh..saat ini terjadi penghujattan terhadap Kristen di mana semua media electronic memberitakan jangan memberi salam Natal kpd kristen sampai berbagai hujat..tetapi Kristen tetap tidak menanggapi hasutan apapun seolah tidak ada apa apa atau mungkin tidak berani menghadapi..tetapi saya tekankan memang hebat iman Kristen,tidak mau merespon negatif,tetapi positif respon.....dan saya mohon ijin share ke media internet ini..terima kasih..
ReplyDelete