Monday, September 23, 2013

PADA SIAPA MUHAMAD BELAJAR ILMU AGAMA? [2]



[Artikel ini merupakan episode kedua dari 3(tiga) episode karena terlalu panjang, hendaknya pembaca membaca secara berurutan agar mendapatkan manfaat. Ada beberapa fakta unik yang akan anda temukan disini bila dibandingkan dengan kisah arus utama yang selama ini diajarkan kepada umat muslim perihal Muhamad]

Alkisah, Khadijah sebenarnya adalah seorang wanita yang pesolek. Berkali-kali ia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraysh yang kaya dan terkenal namun menolaknya, namun tentu saja tetap sulit mencari penjelasan bahwa seorang wanita yang begitu sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri sang janda ini...

Bagi Muhamad, menikah dengan Khadijah merupakan untung besar, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil serta jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu susah-susah bekerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluannya, dan merasa bahagia dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi berondong Muhammad!

Perkawinan antara Muhammad-Khadijah ini mesti mendapat perhatian khusus karena semua ini merupakan sebuah “batu loncatan” bagi calon (nabi) ini, apalagi bila melihat kenyataan pada posisi yang dipegang wanita yang menjalankan bisnisnya tersebut. Sebenarnya pada masa itu bukan hanya Khadijah saja, namun diketika itu sudah berlaku umum bahwa wanita-wanita lain dijaman sebelum islam juga berperan penting dalam urusan-urusan dagang dan urusan lain di Mekah disisi para lelaki. Bahkan para wanita juga berpartisipasi dalam perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki-laki!!.

Dari fakta sejarah diatas menunjukkan betapa luas kebebasan wanita Arab jauh sebelum munculnya islam sehingga hal ini mementahkan klaim para sarjana muslim yang menyatakan bahwa islamlah yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya ini jelas bertentangan dengan fakta diatas!. 

Yang benar adalah bahwa islam telah merampas kebebasan wanita sebelumnya dan membuat mereka menjadi budak dibawah tindakan dan keinginan nafsu laki-laki.

Posisi dan perana Waraqah ibn Nawfal juga sangat besar dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih menjadi penganut Nosrania(sebuah sekte sesat Kristen yang tidak mengakui penyaliban Almasih Isa), baca Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203. Jadi ia mengikuti monotheisme Musa dan Almasih Isa, yaitu didasarkan Taurat dan Injil walaupun tidak sepenuhnya. Bahkan Quran berkali-kali mencatat menyebut para pengikut monotheis Musa dan Almasih Isa ini ; "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu", (QS 5:68)

[Nosrania/Nestorian adalah sebuah sekte sesat yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Almasih Isa adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen Ortodoks. Almasih Isa baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Almasih Isa di tiang salib dan kebangkitan-Nya seperti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang dinamakanEbionisme. Inilah yang menjadi penyebab Muhammad didalam Quran menyebut orang Kristen sebagai Nasrani yaitu para pengikut Nosrania/ Nestorian].

Bukti sejarah menunjukkan bahwa dalam areal Hijaz Arab terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania, bahkan beberapa anggota dari suku Quraysh. Bukti terkuat dan paling terang adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis ; “Diantara warga Arab yang memeluk Nosrania adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad”. (baca Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)

Sejarawan ini juga mencatat kepercayaan non-Kristen Mekah.

“… Arab dibagi atas 2(dua) kelompok: al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang tidak peduli). Kelompok Quraysh termasuk kelompok yang pertama (hl 256). Dan tentang praktek agama mereka, Al Yaqubi menjelaskan ; ‘Mereka percaya pada nabi Ibrahim (Al-Hanif), mengadakan hijrah, menghormati bulan suci … menghukum tindak kriminal. Mereka selalu berlaku seakan mereka tuan rumah di tempat ini”. (hal 254)

Ada juga sejarawan lain yang sempat mencatatnya yakni Al-Azraqi yang mempelajari bukti-bukti tentang adanya gereja-gereja Nosrania. Nampaknya, dan sangat mungkin bahwa entah karena ketidak tahuannya, Muhamad sudah terlanjur menganggap bahwa semua pengikut Almasih Isa sebagai sekte Nosrania ini...sehingga apa yang ditulis di Quran persis dengan apa yang dianut kaum Nosrania.

Bukti arkeologis menunjukkan ; “Mereka memasang di Kabah gambar-gambar para nabi, pohon-pohon dan malaikat. Anda bisa melihat gambar Ibrahim, Almasih Isa dan para malaikat di Kaabah. Namun setelah penaklukan Makkah tahun 632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk menghilangkan semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar-gambar Almasih Isa dan mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar-gambar dibawah tangan saya”, anda dapat membacanya di Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165.

Konon, Al Isfahani seorang sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’, yakni jabatan bagi orang suci/pendeta Kristen. Ia mencatat, “Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku-buku suci dan tidak memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu – daging hewan yang dicekik dan darah hewan”, silahkan temukan ini di Tabaqat, hl 162.

Waraqah juga dianggap ahli tafsir kitab suci, juga guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia mampu menjelaskan isi kitab-kitab suci, ajaran yang dianutnya(yang sesat) dan mempraktekkan kewajibannya.
Beberapa catatan yang dapat membuktikan bahwa Waraqah berusaha menterjemahkan Kitab Injil ;
‘Pendeta Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan Tuhan’, silahkan temuka dan dibaca di Sahih Bukhari 1:3.
‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang diinginkan Tuhan’, tercatat dalam Sahih Muslim 301.
‘Waraqah mengganti agamanya kepada Nosrania pada jaman jahilyah. Ia menulis buku Ibrani apa yang ia ingin tulis’, yang ini tercatat dalam Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114.

Ternyata Quran tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal satu Injil, yaitu Injil Ibrani(Injil Matius), satu-satunya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab, yakni yang digunakan kaum Ebionis/Nosrania.
Sebagai pemimpin Gereja sesat Nosrania di Mekah, ia harus menjelaskan “Injil” kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu muridnya adalah Muhamad bin Abdullah sepupunya sendiri, suami Khadijah yang meninggal.

Waraqah yang menikahkan Muhammad dengan janda Khadijah,  juga mengajarkannya berdoa dan semedi di goa Hira, bahkan dialah yang mengumumkan ramalannya tentang Muhammad kepada publik di Mekah. Dan tidakkah anda perlu “menaruh curiga” mengapa setelah kematian Waraqah, Bukhari mencatat demikian,”...persediaan wahyu bagi Muhamad telah mengering!”, silahkan baca ini dalam Hadist Sahih Bukhari 1:3, 60:478. 

Lantas apa komentar Muhammad sendiri tentang Waraqah?
“Saya melihatnya di pusat surga. Ia mengenakan kain putih!”, bukankah ini berarti secara sah dan meyakinkan bahwa bahkan aliran sesat Nosrania-pun berada di pusat sorga!! dan bukannya islam!!

Untuk mendukung apa yang saya tulis diatas cobalah verifikasi ini, bahkan Waraqah meninggal bukan sebagai muslim ;

Ibn al Abbas ; “Ia mati sesuai dengan kepercayaan Nazareth-nya”
Ibn al Yaouzi ; “Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan muslim”
(Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)

Adapun Al Houjoun adalah kuburan para pemuja satu Tuhan (Al-Hanif) dari suku Quraysh. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan orang tuanya juga dikubur disana. Yang agak aneh adalah para penulis sirah Rasul yang bahkan tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah, padahal Quran sendiri yang menegaskan eksistensinya. Bahkan, kebanyakan ajaran Quran tidak bisa dimengerti jika saja ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, akan sangat sulit untuk mengerti sejarah nabi-nabi Perjanjian Lama atau ajaran taurat dan Injil, seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam kerangka dasarnya.

Kisah Johanes Pembaptis putera Zakariah, pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Almasih Isa, mujizat-mujizat Almasih Isa serta pesan-pesannya dalam Injil.

Al Qiss Waraqah sebagai salah satu diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika ia menyatakan ; “...kami para pemimpin dan ketua warga Arab…”. Saudara-saudara Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat sekte sesat Nosrania.

Kenyataan bahwa Muhamad tidak berpoligami ketika Khadijah dan Waraqah masih hidup, membuktikan bahwa Waraqah-lah yang mensahkan kontrak perkawinan ini. sebagai ulama yang utama, yang atas nama Tuhan menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis.

Abu Talib, sang paman menyatakan, “Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya...”. pertanyaan besar disini adalah ; bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu? Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Sadarlah dan coba renungkan baik-baik, dari apa yang dipaparkan di atas bahwa tanpa Waraqah dan Khadijah, maka Muhammad tidak akan berarti apa-apa”.

Lebih lanjut Waraqah mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhammad guna persiapan masa depan. Ini terbukti dengan isolasi terhadap Muhamad ke Bukit Hira untuk mengasah kemampuannya bersemedi, dan kakeknya sendiripun juga sering bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Setiap setahun dalam sebulan waktunya  dihabiskan untuk semedi disana, yakni selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dan di dalam goa Khalwah inilah, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhammad.

Cobalah untuk merenungkan apa yang dicatat ibu angkat Muhammad, Halimah ; “Dalam masa pertumbuhannya, Muhammad kadang keluar dengan teman-temanya. Begitu mereka mulai bermain, ia meninggalkannya dan pergi ke tempat terkucil. Bagi Muhammad, pengalaman ini membebaskan jiwanya dari keramaian dunia dan memilih kehidupan yang dekat dengan Tuhan… tidak ada yang lebih penting baginya ketimbang menyendiri dan bersemedi pada Tuhan. Ia biasanya pergi ke Bukit Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam hari”.

Tentu saja semua ini dibimbing orang yang berpengalaman, diantaranya kakeknya sendiri, Abdul Muttalib dan Waraqah. Bandingkan dengan apa yang ditulis oleh Ibn Hisham yang mencatat pernyataan al Yaqubi tentang goa Khalwah; “Rasulullah memasuki bukit Hira selama satu bulan sekali setahun begitu juga anggota-anggota Quraysh lainnya”. Penulis lainnya menyebutkan ; “Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali ke Kaabah, memutarinya sebanyak ‘tujuh kali’ lantas berjalan pulang”.
Sirah yang sama mengatakan ; “Muhammad mempraktekkan puasa seperti Musa dan Elijah di Bukit Horeb (Exodus 3:1) di gurun-gurun di Palestina.

Dan ternyata praktek puasa bulan “Ramadhan” juga merupakan tradisi pra-islam, yang merupakan bulan puasa dan doa-doa khusus.  Hal ini diperkuat dengan apa yang dicatat dalam Quran, “Wahai kalian yang beriman! puasa ditentukan bagimu ‘seperti yang diperintahkan’ kepada mereka yang datang sebelum kamu”, temukan ini dalam QS 2:183. [bersambung ke episode ke 3]

1 comment:

  1. Hahaha,,,banyak komen yg penjelasan tapi di hapus,, suee.

    ReplyDelete

SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR