Monday, October 7, 2013

PERTANYAAN YANG MENUNTUT JAWABAN


_bagian ketiga dari 6 artikel.
Oleh ; Abd Al Masih
[...mungkin saja anda pernah membaca artikel ini di website lain karena artikel ini memang saya copy dari alamat website lain. Saya sengaja tidak mengubah judul artikel dan isinya agar tidak menimbulkan kesalahan dalam memahami esensinya. Namun karena terlalu panjang, maka akan saya bagi dalam beberapa bagian. Pembaca hendaknya membaca sampai habis untuk mendapatkan manfaat yang utuh dari apa yang selama ini di-salah- mengerti-kan atau malah sengaja di-sembunyi-kan oleh para sarjana muslim dan para mubaligh kepada umat muslim dalam memahami Quran dan Injil. Sesuai dengan judulnya, “Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban”, maka sebagian besar pertanyaan yang selama ini tersimpan di kepala anda akan terjawab di sini...selamat membaca]

VI. KEAJAIBAN-KEAJAIBAN MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Ahli agama Islam mengatakan bahwa keajaiban yang diberikan Allah kepada Muhammad adalah ayat-ayat Al-Qur’an dalam Sura. Dengan demikian, keajaiban dari Muhammad bukan dalam bentuk perbuatan tetapi dalam bentuk firman.
Al-Qur’an bersaksi untuk Isa, menggambarkan karya-karya Al-Masih yang unik dan perbuatan penyembuhan-Nya yang agung. Al-Masih tidak mengutuk musuh-Nya, juga Dia tidak berkelakuan seperti penguasa yang kejam. Dia menunjukkan diri-Nya sebagai sumber kebaikan serta kasih dan rahmat kepada semua manusia. Kuasa Allah keluar dari diri-Nya melalui banyaknya tanda-tanda keajaiban yang dilakukan-Nya.
Tabib Terbesar yang Diberkati
Al-Qur’an membenarkan bahwa Al-Masih menyembuhkan orang buta tanpa prosedur operasi atau pun obat. Dia menyembuhkan mereka hanya dengan melontarkan kata-kata yang penuh kuasa. Perkataan-Nya terbukti memiliki kuasa penyembuhan – dahulu dan sekarang juga. Al-Masih berkata menurut Al-Qur’an:
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” (Sura 19:31).
Dia benar-benar merupakan pancuran berkat bagi semua orang di segala jaman (Sura 3:49; Sura 5:110).
Anak Maryam tidak takut terhadap mereka yang terkena penyakit lepra, tetapi bahkan menyentuh kulit mereka yang sakit dan menyembuhkan mereka melalui perkataan-Nya yang mempunyai kuasa menyucikan. Al-Masih adalah Tabib terbesar sepanjang masa. Dia mengasihi orang miskin dan mau menerima mereka yang sakit. Dia menumbuhkan harapan dan iman di dalam hati mereka. Dia menyembuhkan setiap orang sakit yang dibawa ke hadapan-Nya.
Dia Membangkitkan Orang Mati
Salah satu keajaiban yang dilakukan Al-Masih adalah Dia membangkitkan orang mati; hal ini juga dikonfirmasikan baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Alkitab. Dia membangkitkan seorang anak perempuan, seorang lelaki muda, dan seorang lelaki dewasa dari kematian. Siapa yang dapat membangkitkan orang mati jika bukan Allah sendiri! Penting sekali bagi kita untuk benar-benar menangkap dan mengerti arti yang mendalam dari beberapa ayat Al-Qur’an yang menyatakan fakta yang tidak dapat dibantah bahwa Al-Masih berulang kali membangkitkan orang mati (Sura 3:49; Sura 5:110).
Beberapa kritikus yang dangkal mengatakan bahwa Anak Maryam tidak dapat melakukan keajaiban-keajaiban seorang diri, tetapi Allah-lah yang memberi-Nya kekuatan melalui Roh Kudus, sehingga Dia dapat melakukan keajaiban-keajaiban yang berbeda-beda. Pernyataan mereka tersebut didasarkan oleh beberapa ayat Al-Qur’an berikut ini:
“dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.” (Sura 2:87).
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus.” (Sura 2:253).
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah ni’mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, … lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: ‘Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata’.” (Sura 5:110).
Betapa mengherankan! Al-Qur’an bersaksi berulang kali mengenai kerja sama antara Allah, Al-Masih dan Roh Kudus. Mereka bekerja sama dalam kesatuan yang sempurna, melakukan keajaiban-keajaiban dalam Al-Masih secara bersamaan. Para pengikut Al-Masih pun percaya dengan kerja sama yang dilakukan di antara Tritunggal yang Kudus.
Pencipta Muda
Kita dapat membaca di dalam Al-Qur’an – bukan di Alkitab – bahwa Isa, sewaktu masih kecil, membentuk seekor burung dari tanah liat, dan menghembuskan nafas kepadanya; lalu burung tersebut menjadi burung yang hidup, terbang di udara:
“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah.” (Sura 3:49).
Dalam ayat ini, kita menemukan kalimat yang unik, “aku membuat untuk kamu,” yang mengindikasikan bahwa Al-Masih adalah seorang Pencipta. Seorang manusia biasa tidak dapat menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, juga tidak dapat menghembuskan nafas kehidupan kepada benda mati.
Al-Qur’an bersaksi akan kemampuan Al-Masih untuk memberikan kehidupan melalui tiupan nafas-Nya. Dia menghembuskan nafas-Nya ke burung yang terbuat dari tanah dan burung tersebut menjadi hidup, sama seperti Allah menghembuskan nafas-Nya kepada Adam. Ini berarti Al-Masih memiliki Roh yang dapat memberi kehidupan dalam diri-Nya; Dia mampu menghembuskan hidup ke dalam benda mati (burung yang terbuat dari tanah)
Pemelihara yang Baik
Banyak sekali orang di Palestina yang mengetahui kemampuan Anak Maryam yang tidak terbatas dan mengikuti Dia, bahkan sampai ke gurun pasir, tanpa mengindahkan waktu dan keadaan yang sulit. Mereka mendengarkan Dia sampai petang hari. Al-Qur’an bersaksi bahwa Al-Masih menyiapkan makanan semeja penuh, yang diturunkan-Nya dari surga untuk mengenyangkan orang banyak di padang pasir:
“(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”. ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”. Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”. Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama”. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”.” (Sura 5:112-115).
Para pakar Islam berdiskusi dari segala macam sudut pandang tentang kuantitas dan kualitas makanan yang disediakan di atas meja di gurun pasir itu, dan bukannya meneliti Siapa yang menyediakan makanan tersebut. Menurut Injil, Al-Masih menggunakan lima potong roti dan dua ikan, mengucap syukur, dan melalui lima potong roti dan dua ikan ini Dia memberi makan kepada lima ribu orang, di samping wanita dan anak-anak. Di sini Dia memperlihatkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas sebagai Sang Pencipta melalui cara yang praktis. Al-Masih tidak pernah mengucapkan kata-kata yang kosong; Dia melakukan apa yang Dia ajarkan dan menunjukkan kehendak serta kasih-Nya melalui keajaiban-keajaiban yang besar dan luar biasa.
Pengungkap Rahasia
Dalam Al-Qur’an, Muhammad menyatakan:
“Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib.” (Sura 6:50).
Lain halnya dengan Al-Masih. Muhammad mengacu pada Isa Al-Masih dan mengatakan bahwa Al-Masihlah yang mengetahui rahasia manusia dan dapat melihat apa yang tidak terlihat; kemampuan-kemampuan seperti ini hanyalah dimiliki oleh Allah. Muhammad mengutip Al-Masih di dalam Al-Quran:
“…dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Sura 3:49).
Muhammad menggambarkan kapasitas Al-Masih sebagai Yang Maha Tahu, untuk mencela dan memberi peringatan kepada para pengikutnya yang egois. Dia sangat jijik terhadap beberapa pengikutnya dari Medinah karena mereka menyembunyikan makanan dan harta benda di dalam rumah mereka, dan menolak untuk membagikan seluruh kekayaan mereka dengan para imigran dari Mekah. Jadi dia memberi mereka peringatan bahwa Al-Masih akan segera datang kembali sebagai Hakim, untuk memerintah pada Hari Penghakiman. Muhammad mengakui bahwa Al-Masih akan mengetahui apa yang mereka lakukan secara diam-diam di dalam rumah mereka. Dia akan mengetahui bukan hanya apa yang mereka makan, tetapi juga apa yang mereka sembunyikan. Tidak ada yang dapat lolos dari mata-Nya pada Hari Penghakiman. Tidak ada bukti yang lebih besar lagi dari Muhammad mengenai keilahian Al-Masih selain apa yang dikatakannya di sini. Dia mengakui bahwa Al-Masih mengetahui kebenaran yang tersembunyi dan rahasia-rahasia di dalam hati manusia. Al-Masih mengetahui seluruh rahasia kita secara rinci. Dia mengetahui perbuatan-perbuatan kita, yang baik maupun yang buruk, karena Dia adalah Yang Maha Tahu. Tidak ada yang dapat disembunyikan dari-Nya.
Pembuat UU yang Bijaksana
Kita membaca dalam Al-Qur’an bahwa Al-Masih mengijinkan para pengikut-Nya untuk melakukan apa yang dilarang menurut Hukum Musa. Al-Masih tidak memaksa mereka untuk memenuhi seluruh peraturan Hukum Musa. Dalam Injil, Al-Masih dengan jelas mengatakan bahwa makanan yang masuk ke dalam perut tidak akan menajiskan kita; segala pikiran yang keluar dari hati kitalah yang membuat kita najis, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Matius 15:19). Al-Masih mengungkapkan revolusi legislatif, karena Dia adalah Pemberi Hukum dan Pembuat UU Yang Mulia yang mengambil hak dan otoritas untuk menyempurnakan dan melengkapi Hukum Musa. Al-Qur’an mengkonfirmasikan hak istimewa yang unik dari Al-Masih ini; bahwa Dia tidak tunduk di bawah Hukum, tetapi berkuasa di atasnya dan menyempurnakannya. Musa, semua nabi, dan orang-orang lainnya dalam Perjanjian Lama hidup di bawah Hukum Musa. Mereka diharapkan untuk hidup memenuhi tuntutan Hukum Musa, tetapi Al-Masih memiliki otoritas dan kuasa untuk menyempurnakan dan melengkapinya. Untuk alasan ini, Dia menyatakan dalam Al-Qur’an:
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu.” (Sura 3:50).
Dalam Injil, Al-Masih mengatakan,
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi… Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:38-44).
Pembaharu Hati dan Pikiran
Diberkatilah orang yang menyadari bahwa Al-Masih bukan hanya sekedar manusia biasa atau seorang nabi belaka, tetapi Seorang Pembuat UU Yang Mulia yang memiliki kuasa Allah. Maka Muhammad diperintahkan malaikat untuk mencari petunjuk dari orang-orang yang membaca Al Kitab, agar dia dapat mengerti arti wahyu yang diberikan kepadanya:
“Maka jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.” (Sura 10:94).
Al-Masih tidak perlu untuk bertanya guru-guru pada jaman Perjanjian Lama tentang rahasia dari Hukum Musa, juga dia tidak perlu meminta penjelasan dari pesan Perjanjian Lama, karena Diri Dia sendiri adalah Firman Allah dan Pembuat UU. Sebenarnya Al-Masih adalah Hukum yang berinkarnasi. Dia memiliki hak untuk ditaati semua orang. Al-Qur’an mengutip perkataan Al-Masih:
“Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku.” (Sura 3:50).
Semua manusia, Hindu, Yahudi, Islam, dan para pengikut Al-Masih, harus mempelajari Injil dengan seksama, menyimpannya dalam hati, dan mengikuti Al-Masih di dalam segala bagian kehidupan mereka. Al-Masih memiliki hak dan otoritas untuk menuntut ketaatan dari setiap orang! Al-Masih tidak hanya membimbing murid-murid-Nya kepada Allah, tetapi Dia juga memanggil mereka untuk mengikuti Dia dan untuk menerapkan ajaran-ajaran-Nya. Untuk alasan ini, Al-Qur’an menggambarkan para pengikut Al-Masih dengan gambaran yang terbaik, seperti: Penolong-penolong Allah, orang yang beriman, berserah (Islam), pengikut-pengikut-Nya dan martir (Sura 3:52-53). Kita dapat membaca apa yang dikatakan tentang para pengikut-Nya dalam Al-Qur’an:
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.” (Sura 57:27).
Dalam Al-Qur’an, Allah mengatakan:
“Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu.” (Sura 3:55).
Ayat-ayat Al-Qur’an ini menyatakan bahwa para pengikut Isa yang sejati termasuk dalam golongan orang yang memiliki kelas yang lebih tinggi, lebih istimewa, dan lebih terhormat. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, tidak ingin menyombongkan diri atau menjadi tenar. Muhammad menyatakan:
“Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Sura 5:82).
Kesaksian Al-Qur’an menjelaskan keajaiban Al-Masih yang terbesar, yaitu menunjukkan kemampuan-Nya untuk dengan diam-diam mengadakan perubahan politik dan sosial tanpa peperangan ataupun tipu muslihat. Dia memperbaharui dan membuat orang berdosa menjadi bertobat, mengubah mereka dari orang yang egois menjadi orang yang mengasihi, dari pemimpin yang sombong menjadi hamba Tuhan yang rendah hati. Al-Masih sendiri mengakui bahwa Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28).
Setiap orang yang membandingkan keajaiban Muhammad dengan keajaiban Al-Masih menemukan bahwa tanda keajaiban dari Muhammad hanyalah berupa firman, di mana tanda keajaiban dari Al-Masih berupa keajaiban-keajaiban yang berbentuk perbuatan yang dilakukan atas dasar kasih dan rahmat.

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN BERKOMENTAR YANG SOPAN, SEMUA KOMENTAR YANG TIDAK SOPAN AKAN DIHAPUS_SANG TIMUR